“siapa?”…………
Tegur Adri, yang ditegur diam
saja. Perempuan yang sore itu tampak santai dengan setelan jeans hitam, sepatu
converse, junper biru navy dengan jilbab senada sedang menatap lekat-lekat
handphonenya, ia baru saja menerima chat massanger dari seseorang yang sedang
jatuh bangun ingin ia lupakan.
“siapaa Ge?” tanya Adri
mengulang.
“Wira…” jawabnya lirih tanpa
mengalihkan pandangan dari chat massenger yang sudah berstatus “read” itu.
Adri tertawa sinis, diam sejenak,
kemudian mendengus jengkel.
“Dia lagi kosong? Atau lagi
bosan? Owh…saya tahu, dia lagi minta bantuan?, dia mau apa?”
“Dia nanya aku sibuk gak, dia mau
minta aku ngerjain sesuatu buat dia”
Jawab perempuan bernama lengkap Hygeia Sabila itu menjelaskan isi chat
messanger yg tiba-tiba membuat suasana hati Adri menjadi tidak baik.
“kan.. Dia mah ketaker maunya
apa, hubungin kamu pas ada maunya doang, seenak dengkulnya aja nge-chat duluan
minta bantuan setelah chat kamu selama ini di read doang”
Sebenarnya Adri sudah mulai eneg
dengan kisah love-line tak berujung sahabatnya itu. Sebuah kisah rumit yang
sudah berlangsung lama. Adri percaya bahwa segala hal yg terjadi dan akan
terjadi dalam hidup ini adalah rahasia Tuhan, dan Adri sangat yakin kisah
love-line Geia ini akan menjadi rahasia Tuhan yang tidak akan terpecahkan.
Karena itu menurutnya satu-satunya cara untuk terbebas adalah dengan
menyudahinya. Buat Adri, Ikram, laki-laki yang baru saja mengirimi Geia sebuah
chat messanger hanyalah laki-laki tidak jelas yang entah maunya apa.
“mungkin, pas aku nge-chat dulu
Dia lagi sibuk” Ujar Geia menduga-duga, dugaan yang sebenarnya dia sendiri
tidak yakin kebenarannya.
“halah, eh itu kenapa di “read”
doang? Bales cepet, bilang kamu gak bisa lagi sibuk!” perintah Adri sinis
“gak enak Dri, ini yang terakhir
deh, aku janji, kalau kali ini Dia gak berani bilang suka ke aku, aku akan
bener-bener lupain Dia”
Geia Berbohong, sejak menyukainya
2 tahun lalu dia belum pernah sekalipun mencoba ingin melupakan laki-laki yang
ia vonis menyukainya itu, lelaki yang ia tidak tau kenapa tak pernah berani
menyatakan perasaan padanya. Dikepala Geai, Ikram hanya belum bisa
berterus-terang , ia tak pernah berusaha menganggap bagaimana jika sebenarnya
Ikram memang tak punya perasaan apa-apa padanya”
“ngarepin Dia bilang suka sama
kamu? Ahahaa.. lebih masuk akal ngarepin Korea Utara bersatu dengan Korea
Selatan ketimbang ngarepin kalian bersatu” ujar Adri sedikit bercanda
“isshhh…kamu kenapa sih Dri
kayaknya gak suka banget sama Ikram” ucap Geia seraya memanyunkan bibir pada
sahabatnya itu.
“bukan gak suka Ge, aku Cuma
kasian sama kamu, apa susahnya sih sadar dan ngakuin kalau selama ini kamu Cuma
jatuh cinta sendirian” tegas Adri dengan sebuah pernyataan yang tentunya
melukai perasaan Geia, dan Adri paham betul akan hal itu.
“Adriii………” Geia bergumam pelan
“Ge, denger yah!, aku ini juga
laki-laki, dan setahu ku jika laki-laki benar-benar mencintai seorang perempuan
Dia akan selalu menghubunginya sesibuk apapun, menanyakan kabarnya, selalu
mengiyakan saat perempuannya butuh bantuan, bukan dengan mengabaikan setiap
chatnya, atau hanya menghubunginya saat dia lagi butuh, Ge kamu itu Cuma pilihan
saat Dia sedang bosan” kata-kata Adri semakin tajam menusuk hati Geia.
“laluu, kenapa yang dia jadiin
pilihan Aku? Kenapa bukan orang lain? Kenapa setiap minta bantuan hanya ke aku?
Gimana kalau sebenarnya Dia hanya terlalu malu memintaku bertemu dengan alasan
kangen? Kan katamu jadi perempuan pun harus bisa sedikit peka” Geia masih
bersikeras mencari alasan pembenaran.
“Ge, Peka sama Geer itu beda.
Apakah menurutmu kamu tidak terlalu geer?, bagaimana jika sebenarnya kamu
hanyalah satu-satunya orang yang selalu meladeni sikap se-enak dengkulnya itu?,
bagaimana jika sebenarnya Cuma kamu yang selalu mengiyakan maunya, atau mungkin
Dia bisa saja minta bantuan dengan perempuan lain tapi itu adalah perempuan
yang dicintainya dan tidak ingin menyusahkan jadi akhirnya memamfaatkan mu?
Huh?” kata-kata Adri semakin melukai perasaan Geia, Gadis berambut pendek itu
mulai berkaca-kaca.
“apa Ikram setega itu” Geia
menelan ludah, tenggorokannya terasa sangat pahit,.
“kita akan sangat mudah tega pada
seseorang yang tidak berarti special bagi kita, bukan?”
“mungkin dia tidak seburuk itu
kan” Geia masih bertahan.
“Ge, kamu berkutat dengan ketidak
jelasan ini selama kurang lebih 2 tahun kan? Jatuh cinta dengan tulus pada
seseorang yang menurut saya masih banyak yang jauhhhhhhhhhh lebih baik dari
Dia, bertahan dengan sikap angin-anginannya, percaya bahwa Dia suka sama kamu
dan masih menunggu untuk kalian akhirnya bersatu, tapi apa hasilnya? Gak ada,
gitu aja terus sepanjang tahun, apa kamu tidak merasa sedang berjuang
sendirian?”
“tapi aku yakin Dia suka sama
aku, Dri. Mungkin Aku yang kurang agresif atau kurang menunjukkan kalau aku
suka sama dia, atau mungkin Dia takut aku akan menolaknya, bisa saja seperti
itu kan?, Aku hanya sedang berusaha memperjuangkan orang yang menurutku
untukku, Dri”
“Geiaa, walaupun Dia pernah
menyukaimu, atau katakanlah Dia masih menyukaimu, dengan begitupun Dia masih
tidak pantas untuk ditunggu, laki-laki macam apa yang tega membuat orang yang
dicintainya menduga-duga sendiri, Jika Dia benar menyukaimu Dia akan
memberanikan diri untuk mengatakannya, tidak peduli apa hasilnya. Tapi, coba
lihat, gengsi atau rasa takutnya masih lebih tinggi dari cintanya, Dia masih
terlalu cinta dengan dirinya sendiri hingga Dia malu mengatakan perasaannya
karena takut hasilnya tidak sesuai harapan”
“tapi bagaimana caraku melupakanya?,
kamu tahu Dri, Aku tidak bisa melupakannya”
“kamu bukan tidak bisa
melupakannya, tapi kamu tidak mau, jika kamu berusaha kamu akan bisa, tidak ada
sesuatu yang mudah apalagi jika itu tentang perasaan Ge, terkadang tulus memang
se-fatal itu”
“kamu tahu Adri? Kamu baru saja
menamparku dengan kata-katamu. Ah. Aku tidak menyangka setelah 4 tahun
persahabatan kita kamu akan melukaiku se-sakit ini” Geiaa melempar senyum pada
Adri, kalimat yang tentunya bukan pada artian sebenarnya itu dia ucapkan dalam
sebuah pandangan kosong.
“berhentilah Gee! Daripada harus
membuang-buang waktumu menunggu untuk seseorang yang bahkan tidak layak untuk
se-beruntung itu, lebih baik membuka hati dengan orang lain, 2 tahun sudah
cukup kamu sia-siakan, mungkin selama 2 tahun menunggu Ikram tanpa sadar kamu
telah melewatkan seseorang yang jauh lebih pantas untukmu”
“jadi sekarang aku harus
bagaimana?” Tanya Geia dengan suasana hati sedikit lebih tenang.
Adri tersenyum, laki-laki bergaya
slengekan ini berdiri dari tempat duduknya, meraih handphone yang sedari tadi
ditangan Geiaa, kemudian menuliskan sesuatu untuk membalas chat messanger tadi.
“Maaf Kram, aku gak bisa, kali ini kamu
minta bantuan yang lain aja, aku lagi sibuk banget, ada cowok yang lagi
pedekate sama aku, dia ngajakin jalan mulu, maaf yah, teman J” (send-deliverd-read-delcont).
“udah ah, balik yuk” ujarnya
seraya menarik tangan Geia berdiri dari rumput taman, kemudian menuntunnya ke
mobil untuk diantar pulang kerumah.
Geia hanya mengikut setelah
memukul kepala Adri ketika tahu apa yang baru saja dilakukannya kepada Ikram. “Membalas
chatnya lalu mendelcontnya, ah anak ini benar-benar” dalam hati Geia tertawa
lalu mengamini sikap sahabatnya itu.