Jumat, 29 November 2013

Tuhan, Terimakasih

Tuhan, tolong jangan putus nafas ini dulu sebelum mereka yg sejak lahir ku panggil Ibu-Ayah menerima uluran gaji pertama dari Anak menyusahkan nya ini.

Tuhan, tadi aku duduk di samping mereka, menikmati senja sembari bercerita banyak hal. Senja sore itu terlihat begitu teduh, bias jingga nya mencipta rona di pipi ku. Tapi Engkau tau,  ada hal yg jauh lebih teduh dari senja ciptaan Mu itu Tuhan, iyya. Segaris senyum yg terlukis indah di wajah paruh baya Ibu-Ayah ku. Jantung ku berdesir Tuhan, ingin kulihat senyum itu sepanjang usia ku. Tuhan, tolong lindungi mereka seperti mereka melindungiku.

Wajah itu masih se-teduh saat pertama kali aku melihat nya, senyum itu masih se-tulus saat pertama kali aku melihat nya, saat itu, saat untuk pertama kali nya Engkau memberi ku ijin menghembus nafas pertama di dunia Mu. Terimakasih Tuhan, Engkau begitu baik memilihku untuk menjadi bagian dari hidup mereka berdua.

Tapi Engkau tau apa yg berbeda Tuhan? Iyya, tangan halus mereka yg dulu menggendong ku untuk pertama kali nya kini terasa tak sehalus dulu lagi, keriput itu sudah menghampiri mereka Tuhan, meski sentuhan mereka masih terasa begitu lembut, meski mereka masih berdiri tegap di depan ku, aku tau tubuh mereka tak sekuat dulu lagi, aku tau raga mereka sudah lelah, namun hati mereka masih teguh dan sekeras itu  bekerja untuk ku,

Tuhan, Ayahku sekarang sudah tidak bisa lagi menggendong ku, Ibu ku sudah tidak sekuat dulu lagi untuk berjalan, seperti ketika Dia berjalan keliling kampung mencari anak nakal nya ini bermain dan lupa untuk pulang meski semburat senja sudah memudar oleh gelap nya langit malam.

Tuhan, tadi sore aku mendapat hadiah pelukan dari Ayah, entah kenapa aku tidak ingin lepas dari pelukan paling nyaman itu, aku ingin terlelap dalam pelukan tulus itu, seperti dulu, ketikaa aku masih kecil. Untuk Ayah, Aku akan selalu mejadi anak kecil nya yg begitu menyayangi nya, anak kecil nya yg selalu merajuk manja pada nya, Anak kecil nya yg senantiasa berdoa untuk nya.

Tuhan, tadi sore aku juga mendapat hadiah kecup dari Ibu, kecup dari nya yg selalu candu buat ku, untuk Ibu, aku akan selalu menjadi anak kecil nya yg begitu menyayangi nya, untuk Ibu, aku akan selalu jadi anak kecil nya yg merengek manja pada nya, bagi Ibu aku akan selalu jadi anak kecil nya yg menangis ketika Dia tidak ada di sampingku, aku akan jadi anak kecil nya yg selalu berdoa untuk nya.

Tuhan, seringkali Aku melihat mereka bermandikan peluh, seringkali ku lihat mereka tampak begitu lelah, tapi sesering itu juga aku melihat mereka tiba-tiba tersenyum seakan tanpa ada masalah apa-apa saat melihat ku memperhatikan nya.

Tuhan, tidak jarang aku melihat mereka melamun, mata tua nya menatap tajam ke depan, entah apa yg di perhatikan nya, entah apa yg di pikiran nya. Tapi, jika bisa ku tebak, mungkin mereka sedang memikirkan ku, bagaimana aku bisa tetap sekolah, bagaimana aku tetap bisa hidup dengan layak, bagaimana aku bisa tetap menikmati seperti apa yg di nikmati anak-anak lain nya.

Tuhan, mereka adalah OrangTua yg tak pernah ku dengar mengeluh, mereka adalah orang tua yg tidak pernah menyerah demi masa depanku. Mereka tidak pernah menceritakan se-keras apa mereka berjuang untuk ku, tapi aku bisa tau saat menatap mereka sedang terlelap. Wajah senja yg begitu lelah itu jelas tergambar.

Tuhan, aku sangat suka menatap lekat-lekat wajah mereka saat terlelap, aku seperti melihat teduh nya hidup di sana, aku seperti melihat jernih nya sungai di surga pada wajah mereka, dan karena di wajah lelap itu ada alasan ku untuk tetap hidup, karena di wajah lelap itu ada alasan dari perjuangan ku selama ini.

Tuhan, aku mencintai mereka lebih dari yang mereka tau, aku percaya Engkau tau betapa aku menyanyangi mereka karena Engkau adalah yg Maha mengetahui Tuhan.

Tuhan, bisakah Engkau menjaga mereka untuk ku, tolong hadiahi mereka kesehatan dan umur yg panjang ya Tuhan. Aku menyayangi mereka.

Tuhan, jika semua nya sudah ku lakukan dengan baik, jika aku sudah bisa menggariskan senyum bangga pada wajah teduh mereka, jika Aku sudah mendengar mereka bercerita dengan bangga nya kepada semua orang mengenai diri ku. Disaat itu lah aku bersedia menerima panggilan mu Tuhan.

Maukah Engkau berjanji padaku Tuhan?

Terimakasih sudah mengatakan “Iyya” Tuhan Ku J.


Selasa, 26 November 2013

Kamu itu Senja

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg paling ku sukai

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg mampu membuat ku betah berlama-lama menatap nya

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan dengan warna yg paling menarik buat ku

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg paling teduh buat ku

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg terladang membuat ku melupakan kesedihan

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu setia ku tunggu

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu mampu membuat ku tersenyum

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg tak akan pernah kulewatkan

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu membuat wajah ku merona

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu membiaskan cahaya indah dalam hidupku

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu ku rindukan

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg sukses membuat ku jatuh CINTA.



Karena kamu adalah Senja yg merambat ke dalam hati ku, karena kamu adalah semburat Senja yang tidak akan memudar dalam ingatan ku. Karena Kamu adalah Senja bagi langit di hati ku, karena bagiku kamu adalah Senja, Sayang.

Mungkin

“eh ngelamun jorok lu yah?”  sergap Citra seraya menepuk pundak Sahabat nya yg tengah melamun sendiri di kantin kampus, kemudian duduk tepat di depan nya.

Yang di sergap hanya menoleh sebentar, melempar senyum tipis, sebuah respon yg sebenarnya kurang tepat jika di definisikan sebagai senyum.

Gadis berambut hitam legam yg siang itu tampak manis dengan kaos oblong putih dan celana jeans hitam, terlihat menikmati rekam-rekam memori yg sedang menari-nari di lamunan nya.

            “Put, ada gue loh disini. Lamunin apa sih? UTS tadi? Aduh apa banget lah itu, lupain aja kali, gue mah masa bodoh” seringai nya lagi.

Citra memanyunkan bibir tipis nya, yang di tanya sama sekali tidak merespon apa-apa.

            “Put…….. ah gue tebalikin juga ini meja” canda nya dengan nada suara agak tinggi dan wajah menekuk.

Gadis berkacamata yg sedari tadi di ganggu nya itu, menatap nya sebentar, menarik nafas panjang kemudian mengusap wajah dengan kedua telapak tangan nya.

            “tadi gue liat Alan, nganterin cewek. Kayak nya sih pacar nya, mesra gitu”

Gadis bernama Putri itu akhirnya buka suara, gadis berwajah ke arab-arab-an ini melengos, lalu menyeruput segelas Jus Alpukat yg sedari tadi menemani lamunan nya.

            “lu kenal cewek itu siapa?” Tanya Citra mulai menyidik

            “junior kita sih, gue ikut di kelas Dia ngulang Farmakologi Molekuler, klo ga salah namanya Malaa atau Nalaa, apalah itu”

            “Pas lo liat, Alan juga ngeliat lo?” selidik Citra penasaran

            “gak sih, kalaupun liat mungkin juga Dia udah lupa sama gue”

            “yah gak semudah yg lo pikir juga sih, kalian pisah tanpa kejelasan kn sebenarnya, kan belum putus, ga mungkin langsung lupa”

            “putus itu Cuma istilah perpisahan yg di ungkapkan secara lisan Cit, ada juga putus yg langsung dengan sikap, dan hubungan gue sama Alan, mungkin putus dengan cara itu”

            “dan setelah liat Dia nganterin cewek baru nya ke kmpus, lo baik-baik aja?”

            “gue gak pernah baik-baik aja setelah Dia pergi, saat gue bilang gue baik-baik saja, di saat itulah sebenarnya gue tidak sedang baik-baik saja. Gue bohong klo bilang udah gak pernah kangen sama Dia”

            “lo masih cinta sama Dia, dan mungkin lo masih berharap Dia kembali, iyyaa?” pertanyaan Citra mulai serius

            “kangen bukan berarti gue mau Dia kembali lagi dong, sedikit banyak nya Dia pernah jadi bagian dari hidup gue, kita pernah saling sayang, walaupun sekarang mungkin udah gak lagi. Kita memang sudah tidak bersama, tapi mungkin kita masih melakukan hal yang sama, berusaha saling melupakan.”

Citra mengangkat kedua alis nya, seraya menatap lekat-lekat wajah sendu sahabat nya, yg di tatap malah mengalihkan pandangan kesetiap sudut kantin, Dia tidak sedang mencari siapa-siapa, Dia hanya berusaha mencari kesibukan lain selain memikirkan hal yg sebenarnya selama ini berusaha Dia lupakan.

Putri dan laki-laki bernama Alan itu memang pernah merajut kisah bersama, berbagi cerita, berbagi tawa, berbagi sedih. Alan adalah orang yg membuat nya paham apa itu cinta, Alan adalah orang yg membuat nya merasa begitu sangat di hargai sebagai seorang wanita, Alan membuat nya tahu betapa indah nya di cintai oleh orang yang kita cintai juga. Tapi, Alan jugalah laki-laki yg membuat nya mengerti dengan apa yg di sebut sakit hati.

Mereka berpisah tanpa sebuah penjelasan, saling menjauh, saling tidak memberi kabar, atau mungkin lebih tepatnya, saling menunggu untuk diberi kabar. Menurut nya waktu bisa menjawab semua nya, tapi Dia lupa, waktu juga bisa mengubah semuanya. Dan waktu akhir nya membuat dua orang yg “mungkin” masih saling menunggu ini memutuskan untuk berusaha menemukan apa yg pernah mereka berdua rasakan kepada orang yang berbeda.

Dan Putri merasakan perbedaan nya, menurut nya tidak ada yg lebih baik dari Alan dalam hal memperlakukan perempuan. Dengan yg lain Dia bisa menyebut itu cinta tapi entah kenapa berbeda dengan Alan, dengan Alan semuanya tidak hanya sekedar cinta,tapi hal lain bernama rasa nyaman itu yg Dia belum dapat dari orang setelah Alan.

            “ya udah, lo hubungin aja duluan Put, sekali-kali kek lo menang dari gengsi lo yg lebih tinggi dari gedung teringgi di Dubai itu” sambung Citra lagi memberi saran.

            “gue gak ada rencana untuk itu, dan gue memang tidak mau bertarung dengan gengsi gue, karena gengsi adalah salah satu hal yg tidak bisa gue kalahin dalam diri gue, jadi percuma”

            “ah gengsi betapa jahat Dia membuat kangen hanya bisa menari-nari di udara” gumam Citra seraya menggeleng-gelengkan kepala.

            “gue kan udah bilang, gue kangen bukan berarti gue mau balikan. Ibarat ranting nih yah, klo udah putus biar kata lo sambungin pake lem mrek apa juga gak bakal kyak semula kan?, buat gue orang yg udah putus terus balikan lagi, mau sayang nya kayak apa juga pasti rasa nya udah beda”

            “tapi kan Dia yg udah berantakin hati lo, jadi mungkin Dia juga yg bisa menatanya kembali seperti semula, iyakan?”

            “gue gak berminat punya tata hati yg sama lagi, mungkin dengan tetap mencari orang lain setelah Dia bisa memberi nuansa baru di hati gue, mungkin orang baru stelah Dia itu bisa menata hati gue dengan penataan yg lebih rapi dan lebih berwarna”


Putri menghela nafas panjang lagi, gadis berkulit hitam manis itu kemudian tersenyum manis sekali ke arah Citra seraya menaik turunkan alis tebal nya.