Tuhan, tolong jangan putus
nafas ini dulu sebelum mereka yg sejak lahir ku panggil Ibu-Ayah menerima
uluran gaji pertama dari Anak menyusahkan nya ini.
Tuhan, tadi aku duduk di
samping mereka, menikmati senja sembari bercerita banyak hal. Senja sore itu terlihat
begitu teduh, bias jingga nya mencipta rona di pipi ku. Tapi Engkau tau, ada hal yg jauh lebih teduh dari senja ciptaan
Mu itu Tuhan, iyya. Segaris senyum yg terlukis indah di wajah paruh baya
Ibu-Ayah ku. Jantung ku berdesir Tuhan, ingin kulihat senyum itu sepanjang usia
ku. Tuhan, tolong lindungi mereka seperti mereka melindungiku.
Wajah itu masih se-teduh
saat pertama kali aku melihat nya, senyum itu masih se-tulus saat pertama kali
aku melihat nya, saat itu, saat untuk pertama kali nya Engkau memberi ku ijin
menghembus nafas pertama di dunia Mu. Terimakasih Tuhan, Engkau begitu baik
memilihku untuk menjadi bagian dari hidup mereka berdua.
Tapi Engkau tau apa yg
berbeda Tuhan? Iyya, tangan halus mereka yg dulu menggendong ku untuk pertama
kali nya kini terasa tak sehalus dulu lagi, keriput itu sudah menghampiri
mereka Tuhan, meski sentuhan mereka masih terasa begitu lembut, meski mereka
masih berdiri tegap di depan ku, aku tau tubuh mereka tak sekuat dulu lagi, aku
tau raga mereka sudah lelah, namun hati mereka masih teguh dan sekeras itu bekerja untuk ku,
Tuhan, Ayahku sekarang
sudah tidak bisa lagi menggendong ku, Ibu ku sudah tidak sekuat dulu lagi untuk
berjalan, seperti ketika Dia berjalan keliling kampung mencari anak nakal nya
ini bermain dan lupa untuk pulang meski semburat senja sudah memudar oleh gelap
nya langit malam.
Tuhan, tadi sore aku
mendapat hadiah pelukan dari Ayah, entah kenapa aku tidak ingin lepas dari
pelukan paling nyaman itu, aku ingin terlelap dalam pelukan tulus itu, seperti
dulu, ketikaa aku masih kecil. Untuk Ayah, Aku akan selalu mejadi anak kecil
nya yg begitu menyayangi nya, anak kecil nya yg selalu merajuk manja pada nya,
Anak kecil nya yg senantiasa berdoa untuk nya.
Tuhan, tadi sore aku juga
mendapat hadiah kecup dari Ibu, kecup dari nya yg selalu candu buat ku, untuk
Ibu, aku akan selalu menjadi anak kecil nya yg begitu menyayangi nya, untuk
Ibu, aku akan selalu jadi anak kecil nya yg merengek manja pada nya, bagi Ibu
aku akan selalu jadi anak kecil nya yg menangis ketika Dia tidak ada di
sampingku, aku akan jadi anak kecil nya yg selalu berdoa untuk nya.
Tuhan, seringkali Aku melihat
mereka bermandikan peluh, seringkali ku lihat mereka tampak begitu lelah, tapi
sesering itu juga aku melihat mereka tiba-tiba tersenyum seakan tanpa ada
masalah apa-apa saat melihat ku memperhatikan nya.
Tuhan, tidak jarang aku
melihat mereka melamun, mata tua nya menatap tajam ke depan, entah apa yg di
perhatikan nya, entah apa yg di pikiran nya. Tapi, jika bisa ku tebak, mungkin
mereka sedang memikirkan ku, bagaimana aku bisa tetap sekolah, bagaimana aku
tetap bisa hidup dengan layak, bagaimana aku bisa tetap menikmati seperti apa
yg di nikmati anak-anak lain nya.
Tuhan, mereka adalah
OrangTua yg tak pernah ku dengar mengeluh, mereka adalah orang tua yg tidak
pernah menyerah demi masa depanku. Mereka tidak pernah menceritakan se-keras
apa mereka berjuang untuk ku, tapi aku bisa tau saat menatap mereka sedang
terlelap. Wajah senja yg begitu lelah itu jelas tergambar.
Tuhan, aku sangat suka
menatap lekat-lekat wajah mereka saat terlelap, aku seperti melihat teduh nya
hidup di sana, aku seperti melihat jernih nya sungai di surga pada wajah
mereka, dan karena di wajah lelap itu ada alasan ku untuk tetap hidup, karena
di wajah lelap itu ada alasan dari perjuangan ku selama ini.
Tuhan, aku mencintai mereka
lebih dari yang mereka tau, aku percaya Engkau tau betapa aku menyanyangi
mereka karena Engkau adalah yg Maha mengetahui Tuhan.
Tuhan, bisakah Engkau
menjaga mereka untuk ku, tolong hadiahi mereka kesehatan dan umur yg panjang ya
Tuhan. Aku menyayangi mereka.
Tuhan, jika semua nya sudah
ku lakukan dengan baik, jika aku sudah bisa menggariskan senyum bangga pada
wajah teduh mereka, jika Aku sudah mendengar mereka bercerita dengan bangga nya
kepada semua orang mengenai diri ku. Disaat itu lah aku bersedia menerima
panggilan mu Tuhan.
Maukah Engkau berjanji
padaku Tuhan?
Terimakasih sudah
mengatakan “Iyya” Tuhan Ku J.