J.I.K.A
– Halaman Kosong-
Di
kaki langit, senja perlahan runtuh dan tertelan oleh langit yang kelabu.
Sekelabu hati Mosha yang sedang berusaha menutup setiap celah perasaan yang
seharusnya tidak pernah ia ciptakan. Sungguh, Mosha seharusnya tau sejak awal,
bahwa ia tidak bisa berlama-lama dalam hubungan seperti ini.
Hubungan
yang bahkan sebenarnya tidak harus ia mulai.
Mata
bulat gadis yg hoby memposting tulisan-tulisan cinta di blog nya ini
berkaca-kaca, sebuah arus air yang begitu deras seperti sudah siap meloloskan
diri dari mata nya.
Di
teras rumahnya, Mosha sedang duduk sendirian sembari menikmati snack kentang di
tangannya, sebenarnya ia sedang menunggu Bara, sahabatnya. Mosha meminta Bara
menemani nya di rumah saat Ayah dan Ibunya sedang ke acara nikahan keluarga di
luar kota.
Mosha
tidak pernah suka menghadiri sebuah acara pernikahan, selain karena tidak suka
berdandan, Mosha sebenarnya adalah perempuan yang (kurang) percaya tentang
cinta sejati. menurut Mosha, cinta hanyalah perasaan yg bisa kadaluarsa oleh
waktu. Mosha tidak suka menjadi saksi sebuah peristiwa yg nantinya hanya akan
kadaluarsa. Ya, Mosha memang orang yang sangat insecure tentang cinta.
Pintu
gerbang rumah Mosha berderit, seorang laki-laki yang ia kenal bernama Bara
masuk dengan tersenyum sumringah.
“kamu lama bener, kenapa gak
sekalian datangnya abis lebaran aja” Mosha memanyunkan bibirnya yang sebenarnya
memang suduh cukup manyun,
Bara
tertawa “ hahhaa, maaf..maaf tadi pas mau kesini, Adissa nelpon minta dianterin
ke rumah temennya, ini dari nganterin” Bara kemudian duduk di kursi rotan
bergaya modern di samping Mosha.
“sms dulu kek kalau telat, kan
nungguin nya lama” protes Mosha lagi.
“kamu ini kenapa? kamu sahabat apa
istri ke-dua sih, cerewet bener” ucap Bara sembari mencubit pipi kanan gadis yg
duduk di sebelahnya itu.
“kamu kenapa girang banget
keliatannya, baru datang sudah sumringah?”
“kenapa? Senyum ku gak kalah
mematikan kan dari si Yong Hwa, mirip kan?” ujar Bara menggoda Mosha dengan
nama artis k-pop idolanya”
“muke
lu jauh, mirip nenek moyangmu. Yang mirip sama senyum Yong Hwa nanti tuh
cuma senyum suami ku.” Balas Mosha
sembari meninju pelan lengan Bara.
Mosha
memang lagi suka-sukanya sama laki-laki bernama Jung Yong Hwa itu, vokalis band
rock asal korea CNBlue itu memang memiliki senyum yang begitu memesona, senyum semanis
kue Bingke kata Mosha, dan Mosha memang perempuan yg lemah dengan lelaki
bersenyum manis, gak ngebosenin katanya.
“suami mu? Raga, dong? Memang senyum
nya Raga semanis kue bingke?” ujar Bara tiba-tiba, Bara baru saja menyebut nama
seseorang yg dari tadi sudah ada di pikiran Mosha.
Mosha
tersenyum sinis “ senyum Raga gak semanis kue Bingke, senyum Raga senyum sejuta
dollar, senyum yang sangat berharga buat aku. Dan pemilik senyum itu tidak
mungkin jadi suamiku” ujarnya lirih
“kalian kenapa lagi? Jadian kagak,
galau mulu, iyya. Takdir kok di dahuluin, kalau Tuhan udah keburu nulis nya
jodoh, kamu mau apa.”
“maka ini akan jadi satu-satunya
takdir Tuhan yg akan meleset, semuanya sudah kelar, Bar. kelar” ucap Mosha
sembari membuka bungkus snack kentang ke-4 nya.
“ah? Hahahhaaa, kelar? Kalian pernah
memulainya memang? Jangankan memulai, mencoba untuk memulai aja gak, Cuma talik
ulur, saling ngodein. Cinta bukan untuk dikodein, Sha, tapi untuk diperjelas”
Mulut
Mosha berhenti mengunyah, snack kentang gurihnya tiba-tiba jadi hambar. Ia
menghela napas panjang, kemudian tersenyum pahit, senyum yg mungkin sepahit
kopi Toraja tanpa gula.
“iyya aku salah, maksudku, aku
berhenti sebelum memulainya” ujarnya pelan.
“kenapa lagi memang? Bukannya
kemarin-kemarin kamu cerita kalau kalian udah baik-baik aja, katamu Dia kembali
kayak dulu, bahkan sudah berani bilang suka meski gak begitu gamblang, kamu
bilang dia basa-basi adu argument konyol lagi kayak dulu, katamu dia mulai
caper lagi, dan dengan pipi merona kamu
bilang dia mungkin gagal moveon”
“iyya, dan saat dia seperti itu
lagi, Aku pun kembali ke sandiwara ku lagi, berpura-pura tidak peduli,
berperilaku seakan-akan aku gak ada perasaan apa-apa sama dia, Aku terlalu
pandai untuk berpura-pura, Bar. Saking pandainya aku bahkan merasa asing di
kepalaku sendiri”
“dan Raga berubah lagi?” Tanya nya
dengan tatapan tajam pada Mosha
“iyya, Dia sekarang sudah tidak
peduli lagi, se-sering apapun, semanis apapun aku menyapa nya, dia tidak peduli
lagi, bahkan dia sudah mengabaikanku”
“yah, gini-gini aja terus, kalau
cerita kamu ini di bikin novel, aku yakin pembacanya pasti bosan, beberapa
waktu yg lalu, pas kita ketemu di café, kamu ceritanya persis kayak gini juga kan?
Gak bosan apa kamu punya cerita hidup yg berputar disitu-situ aja? Aku aja
bosen dengernya.” Ucap Bara sedikit tajam
“Tapi ini beda, Bar. Mungkin Raga
sudah benar-benar muak sama Aku, mungkin kemarin itu sudah terakhir kalinya Dia
ingin coba memulai hubungan baik denganku, tapi aku, egoku terlalu besar untuk
menyambutnya”
“Sha, saat kamu pernah yakin kalau
Raga suka sama kamu, aku percaya. Tapi, Sha sebesar apapun cinta itu kalau gak
ada umpan balik yah akan mati dengan sendirinya. Ada yg lebih celaka dari
menunggu seseorang yg tidak tahu jika ia sedang ditunggu, Sha. Yaitu, Dua orang
yang tidak tahu kalau mereka sedang saling menunggu. Yah, seperti kamu dan
Raga”
“entahlah, Aku terlalu takut, kamu
tau Bar, bahkan terkadang Aku berpikir bahwa sebenarnya Ayah dan Ibu sudah
tidak saling cinta lagi, mereka terlalu mudah terlibat pertengkaran, menurutku
mereka bertahan hanya karena usia pernikahan yg sudah 30 tahun terlalu sayang
untuk dilepas, atau mungkin mereka tidak ingin memberi contoh yg buruk padaku ”
Mosha tersenyum sinis lagi
“Sha, kamu tau masalah kamu apa?
Masalah kamu adalah kamu terlalu isecure terhadap cinta, kamu ingin memastikan
hanya akan menjalin hubungan dengan satu orang dalam hidupmu, kamu takut gagal
Sha, kamu takut memberi semua cintamu ke Raga dengan pengakuan krena kamu ragu
akan bertahan lama jika menjalin hubungan dengan nya, apa yg membuatmu Ragu,
Sha? Kesetian mu kah. Atau kesetiaan Raga?”
Mosha
menarik napas panjang lagi.
“kami punya latar belakang keluarga
yg sangat berbeda, Bar. Aku tidak pernah berpikir itu akan cocok, aku bukan
ragu pada kesetiaan kami, tapi aku takut pada keadaan Bar, aku takut di
gagalkan keadaan”
“kamu tahu dari mana akan seperti
itu jika tidak mencobanya? Cinta itu tentang penerimaan Sha, saat kalian sudah
larut dalam sebuah cinta, dengan sendirinya kalian akan berjuang untuk
mengatasi perbedaan itu. Sha, bukankah tidak ada hal yg pasti di dunia ini
kecuali kepastian itu sendiri? Kalau kamu tetap dengan prinsip itu lalu
bgaimana caramu menemukan pasangan? Bertanya pada penulis masa depan apakah
kamu dan laki-laki itu kelak akan bersama sampai kakek nenek? Jadi kamu tidak
akan menjalin hubungan sbelum bertemu langsung dengan Tuhan?” Bara memberi
nasehat sebisanya pada sahabat insecure nya itu.
“Entahlah, mungkin tidak untuk kali
ini, mungkin Aku dan Raga memang tidak ditakdirkan bersama, mungkin Tuhan punya
rencana lain dengan cara meninggikan egoku ini”
“ya, terserah kamu sih, tapi jika
saja kamu ingin coba melangkah, mungkin setidaknya kamu tidak akan melewatkan
cinta pertama mu”
“gak usah Bar, biarkan saja berjalan
seperti seharusnya. Sekarang Raga sudah mengabaikanku, dan mungkin dia tidak
akan kembali lagi seperti dulu, tahu dia pernah menyukaiku pun aku sudah
bahagia. Ibarat sebuah Novel, anggap saja ceritaku dengannya ini adalah halaman
yang kosong. Mari kita lewatkan saja”
“tapi jangan merobeknya, sebagai
pengingat agar kamu tetap sadar bahwa ada sesuatu yg pernah kamu lewatkan
sehingga tidak akan ada halaman-halaman lain yg kosong lagi”
“hmm… iyyya.” Mosha mengulas senyum
manis di wajahnya, wajah perempuan nyeleneh yg lekat dengan definisi “gak
cantik sih, tapi enak aja diliatnya, gak ngebosenin” setidaknya kalimat itu
pernah tercipta dari bibir Bara.
“ooo. iyyaa kamu sendiri gimana?
Nessa makin kacau kayaknya” Tanya Mosha lagi.
Mosha
balik bertanya pada Bara, si pemilik cerita yg di rumitkan keadaan. Bara yang
masih selalu berusaha menikmati halaman barunya bersama Adissa, perempuan yg ia
pacari sesaat setelah mengakhiri hubungan dengan kekasih lamanya, Nessa. Iyya,
Bara jatuh cinta pada Adissa saat masih bersama dengan Nessa, dan melalui
langkah besar ia memutuskan mengakhiri hubungan dengan Nessa karena Adissa.
Tentu saja keputusan itu bukan tanpa campur tangan Mosha, iyya, Mosha yg
menyarankan bara mengakhiri hubungan dengan Nessa. Bukan, bukan karena Mosha
jahat pada Nessa atau berpihak pada Adissa, hanya saja, Mosha tidak mau
bersahabat dengan seorang tukang selingkuh, menurutnya, putus dengan Nessa
dengan menanggung segala resiko bersama Adissa jauh lebih laki-laki daripada
harus diam dan berselingkuh.
“iyya, risih sebenarnya, dalam hal
ini, semua orang akan setuju bahwa Nessa adalah korban ke kurang ajaran ku
dengan Adissa, tapi aku juga gak bisa marah. Di sisi lain aku kasihan sama Nessa,
bagaimanapun juga aku pernah cinta sama dia, meski sekarang tidak lagi”
“hal yg wajar sebenarnya, tapi
menyerang mantan dan pacar barunya di social media itu hanya akan membuat nya
sangat menyedihkan, tapi yah begitulah, itu semua karena cinta yg dibalut
emosi, namanya sakit hati, dan sakit hati itu lah yg membuatnya tidak sadar
kalau dia sebenarnya sedang mempermalukan diri sendiri”
“aku sih ngangep nya itu caranya
melampiaskan kesedihan, kalau itu bikin dia merasa jauh lebih baik, terserah”
ujar Bara bijak
“tapi Adissa nya gimana? Risih
banget pasti, judge dari orang lain yg cuma liat hasil tanpa tau prosesnya
pasti akan lumayan menyakitkan.
“dia udah ngerti sih, dia perempuan
yang kuat, sebelum mengambil tindakan kan kita udah tau dari jauh-jauh hari
kalau resikonya bakal kayak gini, keadaan nya akan serumit ini, yang dia takutin
hanya kalau aku akhirnya nyerah dan balik ke Nessa karena kasian”
“dan jangan bilang kalau kamu mau
nyerah? Ku pecahin kepalamu, Bar” ujar Mosha dengan nada sedikit bercanda.
“se-sengklek-sengklek nya aku juga
gak bakalan kayak gitu, gak mungkin lah aku ngambil langkah sebesar itu hanya
karena kasihan”
“semoga Adissa yang terbaik yah buat
kamu” doa Mosha kemudian
“semoga, Adissa perempuan yg kuat,
karena dia yg kuat bertahan itulah yang bikin aku gak punya alasan untuk nyerah, padahal ini bukan salahnya, cinta yg membuat kerumitan ini terjadi, aku tau dia sangat terbebani dengan judge orng di luar sana, atau mungkin
tekanan dari sahabat-sahabatnya yg gak ngerti sama tindakan dia dan menganggapnya sebagai orang
ke-tiga yg sengaja merusak hubunganku dengan Nessa, padahal semuanya berjalan secara alami,. bukankah cinta layaknya kupu-kupu? dia bisa datang kapanpun dan hinggap di hati siapapun, dan itu yg terjadi antara aku dan Adissa. aku tau Adissa merasa risih dengan keadaan yang merugikan nya ini, karena itu aku merasa harus selalu ada buat dia, nenangin dia, biar
dia gak berasa berjuang sendirian”
“kamu ngomong gitu aku berasa kayak
ada di ftv tau gak, konyol banget kamu sebijak itu” goda Mosha sembari tertawa
mengejek ke sahabat nyelenehnya itu.
“rasa sayang bisa bikin lelaki yg
seperti apapun berubah sikap, Sha, sayang bisa bikin lelaki pemalu jadi
cerewet, bisa bikin yg bodo amat jadi perhatian, dan bisa bikin laki-laki yg
gak tau cara mulai pedekate jadi melakukan hal-hal konyol untuk cari
perhatian…..”
Belum
juga Bara selesai ngomong, Mosha tiba-tiba memotong pembicaraan nya.
“seperti Raga….” Ucapnya lirih
“bagus deh kalau kamu sadar, gak
semua laki-laki bisa dengan mudah pedekate sama cewek, karena mereka punya
pengalaman yg berbeda, ada yang dengan gampangnya basa-basi, ada juga yang gak
tau harus mulai dari mana, Karena bisa jadi itu pengalaman pertamanya, kalian
cewek jangan Cuma jago ngodein, seharusnya juga bisa baca kode” ujar Bara lagi
“ah, Bara, omongan mu nyelekit tau.
Sudahlah, kita kan udah sepakat nganggep ceritaku dengan Bara sebagai halaman
kosong sebuah novel, ada tapi terlewatkan, tapi jangan di robek” ucap Mosha
tersenyum simpul
“iyya, jangan di robek. Ceritaku
dengan Nessa pun akan jadi halaman yg kosong, dan aku akan memulai bab baru di
halaman selanjutnya bersama Adissa, kamu pun harus begitu, kurangin-kurangin
deh insecurenya, cinta sejati hanya datang pada orang yg percaya, Sha.
Menurutku begitu” ujar Bara tersenyum dengan menaik turunkan alis tebalnya ke
arah Mosha.
“eh udah Magrib, lanjut curhat nya sama
Tuhan aja yukk, Bar. Kamu imam-in aku yak!! ” sergap Mosha seraya menuntun
tangan Bara ke kamar mandi tamu untuk mengambil wudhu.
Halaman
kosong yg tidak boleh di robek maksud Bara dan Mosha adalah cerita berbalut
kenangan yang seharusnya tidak perlu dibaca ulang, sesuatu yang hanya boleh
jadi pegingat agar tak ada lagi halaman kosong selanjutnya. Dan sebaiknya
kesalahan memang jangan pernah di hilangkan, tapi cukup diberi ruang kosong
sebagai pelajaran bahwa hal kelabu itu pernah ada.