Selasa, 30 Desember 2014

2014. in memoriam


Bye bye….2014. Thanks for awesome moment……

Wah keren… tahun ini benar-benar keren, Real Madrid La Decimaa, men…ehhheee.

Banyak yg berubah tahun ini, dan banyak hal-hal baru yg begitu menyenangkan.

Tahun ini, saya yang begitu benci dengan sayur, akhirnya gak bisa makan kalau gak ada sayur, saya yang dulu lebih baik makan Mie daripada harus makan ikan, sekarang bahkan punya menu masakan ikan favorite, dan saya yang katanya gak suka makan buah, menjadi orang yang sangat antusias jika salah satu pesanan kita setiap ke pizza hut adalah salad buah, saya bisa meloloskannya ke perut dalam waktu sekedip mata. Eehehheee

Perubahan yang baik menurut saya. Tahun ini juga, apakah karena keadaan, bantuan lingkungan, atau memang kesadaran diri, penyakit gampang emosi saya sudah cukup terkendali, good news.

Ada lagi yang lebih fenomenal. Indonesia punya Presiden baru, yuhuuu……menurut saya ini salah satu alasan mengapa 2014 begitu memesona,Presiden yg bener-bener pilihan rakyat, Bapak Ir. Joko Widodo a.k.a JOKOWI. Ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya ikut nyoblos, dan sangat antusias terhadap pemilu, menurut saya Pak. Jokowi ini adalah yg cukup lumayan dibanding pemimpin-pemimpin yang lain. You know, gak ada satupun politisi yg bersih atau benar-benar sempurna dimata rakyat. Tapi, pak Jokowi ini InshaAllah agak mendingan dibanding yg lain. Dengan terpilihnya pak. Jokowi dan sederet menterinya ini saya percaya bahwa “Change really happening”. Amin……

Dan….saya, Anak perempuan 22 Tahun yg dulunya lebih terpesona dengan Bapak-Bapak paruhbaya Hollywood sekarang adalah k-pop lovers. Tapi, tenang. Standar saya tentang laki-laki tulen pada seharusnya belum bergeser kok. Selebriti k-pop yg berhasil membuat saya menjadi hamba dunia enterteinment korea dan membuat pendapat miring saya terhadap aktor korea ini tiba-tiba berubah adalah seorang vokalis band pop-rock CNBLUE. Jung Yong Hwa, seorang vokalis band, second gitaris, rapper, aktor, pencipta lagu, bintang iklan, dan model inilah yg membuat selebritis lainnya terlihat buram. Ahahahahaa

Entah, saat pertama kali melihat YongHwa jadi pemeran Lee Shin di drama Heartsring saya tidak menyangka dia akan menjadi seberarti ini dalam hidup saya. Ah, saya benar-benar menyukainya. Karena itu video performance nya dengan band nya yg saya koleksi adalah salah satu penawar badmood yg sangat ampuh.

Dengan banyaknya perubahan dan hal-hal baru buat saya di 2014, ada yg masih tak lekang oleh waktu, yaitu Cristiano Ronaldo dan Robert downey jr. dua figure yg terkenal dengan ke-dermawanan dan sifat songongnya ini belum tergantikan, dan tidak akan tergantikan. Saya adalah fans garis kerasnya.

And the last……jengg…..jengggg…jengggg

Sarjana…..akhirnya saya Sarjanaaaa

Namun entah kenapa bagi saya kata diatas berarti ozymoron sih. Sarjana berarti jatuh bangun saya di fakultas yg membuat 4 tahun dalam hidup saya menjadi sedikit menyebalkan ini akhirnya terlalui juga. Dan…. Diwaktu yang bersamaan predikitat Sarjana itupun membuat saya berpartisipasi menambah populasi pengangguran di Indonesia.

Tapi, setidaknya saya sudah menyelesaikan tugas saya sebagai seorang anak. Tugas? Iyya, saya menyebut hal yg seharusnya menjadi cita-cita buat sebagian orang ini sebagai tugas. Kenapa? Karena saya sama sekali tidak berminat di bidang ini, karena itu menyelesaikannya selama 4 tahun dengan tidak menjadi sesepuh kampus adalah sebuah prestasi yg cukup membanggakan menurut saya. Bahkan setelah saya Sarjana tidak pernah sekalipun saya berkhayal menjadi sukses di bidang ini, bidang yang akhirnya membuat saya menderita stress internal, stress yang ternyata mempengaruhi sebuah hormon dalam tubuh saya dan berakhir dengan siklus datang bulang yg acakadut, dan mungkin akan berakhir lebih buruk lagi. Terlepas dari semua itu saya masih dengan mimpi 4 tahun lalu, mimpi yang hanya jalan ditempat, mimpi yang mungkin tidak pernah terwujud, mimpi yang menjadi alasan kenapa blog ini tercipta.

Betul, saya ingin sekali menjadi penulis. Satu-satunya alasan kenapa saya punya motivasi menyelesaikan kuliah secepat yang saya bisa adalah mimpi ini, dalam benak saya dengan menyelesaikan S1, kemudian melanjutkannya di jenjang pendidikan selanjutnya yg kebanyakan teman-teman saya lanjutkan di pulau jawa adalah suatu titik terang bagi mimpi saya, semakin dekat dengan penerbit dan sekolah menulis membuat saya yakin mimpi ini akan segera terwujud. Namun, sepertinya saya harus kecewa untuk kesekian kalinya, perencanaan yg begitu rapi sbelumnya akhirnya runtuh setelah saya secara tiba-tiba gagal  mengantongi izin untuk melanjutkan pendidikan di sana. Tiba-tiba saja birokrasi berbelit-belit dari orang tua menjadi sangat menyebalkan. Dan akhirnya sekarang saya hanya berakhir dengan menunggu nasib pengumuman dari sebuah universitas negeri ternama di kota ini yang sepertinya menjadwalkan pengumuman sesuka hatinya, padahal kita tau bahwa nepotisme berlarut-larut lah yang membuat jadwal itu terkatung-katung. Ah, saya memang se-sarkas itu terhadap sesuatu yg tidak membuat saya menghamba padanya.

Satu-satunya hal yang bisa saya pelajari dari hal ini, janganlah menekuni suatu bidang karena dorongan orang tua, restu orang tua memang restu Allah, tapi percayalah, Allah akan lebih merestuimu jika kau melakukan sesuatu karena menyukainya, bukan karena paksaan. So, follow your passion, guys and happy new year.

Minggu, 13 Juli 2014

Tentang yang terlewatkan

Teruntuk kau yang tengah jatuh bangun untuk melupakanku…

Apa menurutmu ini tidak terlalu menyakitkan?? Apa kau tidak menderita dengan segala upaya mu itu? mungkin kau memang tidak selemah aku untuk dibuat menderita dan merasa tersakiti dengan keadaan seperti ini, tapi apakah kau tidak pernah berpikir untuk menyudahinya saja? Menyudahi untuk mencoba melupakanku, tidakkah kau akhirnya berpikir bahwa aku yang sudah begitu banyak menggores kenangan dalam hidupmu terlalu sulit untuk dilupakan?

Kau tahu, kapan aku merasa sangat membenci diriku sendiri? Iyya, saat aku dalam kesendirian dan tiba-tiba semua hal tentang “kita” datang melewati lorong waktu mengunjungiku, memaksaku menyesal pernah melewatkanmu. Kau pun sering merasakannya, bukan? Menyebalkan? Tentu.

Kau tahu? Kau telah membuatku merasa malu. Aku selalu memamerkan betapa pandai aku dalam berpura-pura tidak mempedulikanmu. Ah, mana kutahu kalau kau ternyata jauh lebih mahir dariku. Tidakkah kau berpikir kau seharusnya meminta maaf padaku untuk itu?

Ah, bicara apa aku ini, bagaimana mungkin aku setidak tahu malu ini meminta seseorang minta maaf atas perlakuan yang aku pun melakukannya. Haish, Apa kau berpikir aku memang tidak tahu malu? Karena Aku pun sebenarnya berpikir seperti itu.

Aku memintamu untuk berhenti melupakanku disaat aku sedang susah payah melupakanmu. Maafkan karena aku menjadi sekurang ajar itu. semoga kau tidak menyesal PERNAH menyukai orang se-egois aku, karena aku pun tidak pernah menyesal MASIH mencintai orang yang bahkan tidak bisa meredam gengsi untuk mengatakan perasaan terhadap orang yg dicintainya, sepertimu.

Apa kau masih ingat???

Betapa canggungnya kau dulu saat untuk pertama kalinya kita jalan bersama diantara temanmu yang juga adalah temanku? Aku masih ingat saat tanganmu gemetar ketika ingin memberi sesuatu pada temanmu yang tepat disampingku. Kau bahkan tidak pernah memalingkan wajahmu padaku, kenapa? Kau takut bertatap mata denganku? Kau takut bila aku melihat seberkas cinta pada kilatan matamu?

Apa kau juga ingat? dikesempatan yang sama, kau memperhatikanku dari jauh saat aku sedang manaruh minat pada sebuah benda lucu didepanku? Bingo, betul, saat itu aku sadar bahwa kau sedang memperhatikanku. Lalu kenapa dulu kau tidak mengucap sepatah katapun padaku? Apa kau takut suaramu akan gemetar? Jadi kau juga tahu suara kita akan menjadi gemetar saat kita sedang berbicara dengan orang yang diam-diam kita cintai? Jika iyya, alasanmu menyakitiku.

Lalu, apa kau juga masih ingat betapa seringnya kau menghubungiku duluan dengan segala macam bentuk percakapan basa-basimu? Kau bahkan menggunakan tehnik kamuflase demi menarik perhatianku. Kenapa kau melakukan itu? apakah dengan menjalin komunikasi bahkan hanya dengan lewat social media akan membuatmu merasa dekat denganku? Apakah dengan memastikan bahwa aku ada membuatmu merasa tenang? Jika iyya, aku pun melakukan nya dengan alasan yang sama.
Dan apakah kau masih ingat semua taktikmu hanya untuk bertemu denganku? Meminta bantuan untuk hal yang bahkan orang kau kenal lebih dekat dariku pun sebenarnya bisa melakukannya, bertemu denganku hanya untuk sesuatu yang sebenarnya bisa kau dapatkan dari orang selain aku. Kenapa? Kau tidak cukup berani memintaku secara terang-terangan untuk bertemu dengan alasan yang lebih jujur? Jika iyya, aku mengerti.

Oy, apa kau juga ingat segala upayamu untuk membuatku merasa cemburu? Menceritakan kekaguman mu pada orang lain yang aku tahu jelas itu hanya pura-pura. Iyya, saat itu, karena aku merasa kau terlalu sering menggunakan nya untuk membuatku cemburu, aku pun mengujimu. Aku mengatakan padamu tentang sebuah kalimat yang ku akui pernah kubaca dari sebuah buku, dan saat itu kau mengatakan kau sudah mengatahuinya dari Dia. Lagi-lagi bingo, aku berbohong dengan mengaku membacanya dari sebuah buku, sebenarnya itu hanya akal-akalan ku saja, aku sendiri yang menciptakan kalimat itu, kamu tertipu. Kenapa kau melakukan itu? agar aku akhirnya menunjukkan sikap cemburu yang menandakan akupun menyukaimu? Apakah segala respon baikku atas basa-basimu dan aku yang tidak pernah keberatan meng-iya-kan setiap permintaanmu tidak cukup membuatmu yakin bahwa akupun sangat menyukaimu? Jika iyya, aku kecewa.

Disaat aku sudah tidak menaruh minat pada setiap upaya cari perhatianmu, Kau pernah bilang padaku bahwa kau menyukai sahabatku, kau lagi-lagi memuji nya, memuji orang lain didepanku, saat itu aku dengan santai berpura-pura menawarkan akan mendekatkanmu dengan nya, tapi seperti dugaanku kau menolak, kau ingin berusaha sendiri katamu, tapi kenapa kau tidak melakukakannya? Kau bahkan tidak pernah meluangkan waktu untuk sekedar berbasa-basi dengannya, kenapa? Kau hanya berpura-pura kan? tidak apa-apa aku pun sering berpura-pura bercerita menyukai orang lain padamu.

Aku tidak tahu mengapa kau begitu sulit mengakui perasaanmu padaku, yang kutahu akupun juga sulit mengakui bahwa aku menyukaimu.

Kau tahu? Sebaiknya kita jangan lagi berpura-pura seperti ini, apa kau tidak lelah? Aku lelah. Tapi, aku tidak akan memintamu memulai semua hubungan aneh ini dari awal, aku hanya berharap kita bisa melanjutkannya. Aku menikmatinya, aku menikmati caramu menyuiku, meski itu menyakitkan, menurutku itu lebih baik daripada kau memutuskan untuk melupakanku.

Menurutku, bagian terbaik dari semua keadaan ini adalah tahu bahwa kau pernah menyukaiku, terlepas dari itu masih atau sudah tidak lagi, itu pilihanmu. Namun, jika kau sudah menentukan pilihan, dan itu adalah tetap dengan melupakanku, semoga suatu saat nanti kau tidak akan menghabiskan beberapa saat dalam hidupmu untuk menyesal karena pernah melewatkanku. J


Senin, 07 Juli 2014

J.I.K.A part 2 - Halaman Kosong-

J.I.K.A Halaman Kosong-


Di kaki langit, senja perlahan runtuh dan tertelan oleh langit yang kelabu. Sekelabu hati Mosha yang sedang berusaha menutup setiap celah perasaan yang seharusnya tidak pernah ia ciptakan. Sungguh, Mosha seharusnya tau sejak awal, bahwa ia tidak bisa berlama-lama dalam hubungan seperti ini.

Hubungan yang bahkan sebenarnya tidak harus ia mulai.

Mata bulat gadis yg hoby memposting tulisan-tulisan cinta di blog nya ini berkaca-kaca, sebuah arus air yang begitu deras seperti sudah siap meloloskan diri dari mata nya.

Di teras rumahnya, Mosha sedang duduk sendirian sembari menikmati snack kentang di tangannya, sebenarnya ia sedang menunggu Bara, sahabatnya. Mosha meminta Bara menemani nya di rumah saat Ayah dan Ibunya sedang ke acara nikahan keluarga di luar kota.

Mosha tidak pernah suka menghadiri sebuah acara pernikahan, selain karena tidak suka berdandan, Mosha sebenarnya adalah perempuan yang (kurang) percaya tentang cinta sejati. menurut Mosha, cinta hanyalah perasaan yg bisa kadaluarsa oleh waktu. Mosha tidak suka menjadi saksi sebuah peristiwa yg nantinya hanya akan kadaluarsa. Ya, Mosha memang orang yang sangat insecure tentang cinta.

Pintu gerbang rumah Mosha berderit, seorang laki-laki yang ia kenal bernama Bara masuk dengan tersenyum sumringah.

            “kamu lama bener, kenapa gak sekalian datangnya abis lebaran aja” Mosha memanyunkan bibirnya yang sebenarnya memang suduh cukup manyun,

Bara tertawa “ hahhaa, maaf..maaf tadi pas mau kesini, Adissa nelpon minta dianterin ke rumah temennya, ini dari nganterin” Bara kemudian duduk di kursi rotan bergaya modern di samping Mosha.

            “sms dulu kek kalau telat, kan nungguin nya lama” protes Mosha lagi.

            “kamu ini kenapa? kamu sahabat apa istri ke-dua sih, cerewet bener” ucap Bara sembari mencubit pipi kanan gadis yg duduk di sebelahnya itu.

            “kamu kenapa girang banget keliatannya, baru datang sudah sumringah?”

            “kenapa? Senyum ku gak kalah mematikan kan dari si Yong Hwa, mirip kan?” ujar Bara menggoda Mosha dengan nama artis k-pop idolanya”

            “muke lu jauh, mirip nenek moyangmu. Yang mirip sama senyum Yong Hwa nanti tuh cuma senyum suami ku.”  Balas Mosha sembari meninju pelan lengan Bara.

Mosha memang lagi suka-sukanya sama laki-laki bernama Jung Yong Hwa itu, vokalis band rock asal korea CNBlue itu memang memiliki senyum yang begitu memesona, senyum semanis kue Bingke kata Mosha, dan Mosha memang perempuan yg lemah dengan lelaki bersenyum manis, gak ngebosenin katanya.

            “suami mu? Raga, dong? Memang senyum nya Raga semanis kue bingke?” ujar Bara tiba-tiba, Bara baru saja menyebut nama seseorang yg dari tadi sudah ada di pikiran Mosha.

Mosha tersenyum sinis “ senyum Raga gak semanis kue Bingke, senyum Raga senyum sejuta dollar, senyum yang sangat berharga buat aku. Dan pemilik senyum itu tidak mungkin jadi suamiku” ujarnya lirih

            “kalian kenapa lagi? Jadian kagak, galau mulu, iyya. Takdir kok di dahuluin, kalau Tuhan udah keburu nulis nya jodoh, kamu mau apa.”

            “maka ini akan jadi satu-satunya takdir Tuhan yg akan meleset, semuanya sudah kelar, Bar. kelar” ucap Mosha sembari membuka bungkus snack kentang ke-4 nya.

            “ah? Hahahhaaa, kelar? Kalian pernah memulainya memang? Jangankan memulai, mencoba untuk memulai aja gak, Cuma talik ulur, saling ngodein. Cinta bukan untuk dikodein, Sha, tapi untuk diperjelas”

Mulut Mosha berhenti mengunyah, snack kentang gurihnya tiba-tiba jadi hambar. Ia menghela napas panjang, kemudian tersenyum pahit, senyum yg mungkin sepahit kopi Toraja tanpa gula.

            “iyya aku salah, maksudku, aku berhenti sebelum memulainya” ujarnya pelan.

            “kenapa lagi memang? Bukannya kemarin-kemarin kamu cerita kalau kalian udah baik-baik aja, katamu Dia kembali kayak dulu, bahkan sudah berani bilang suka meski gak begitu gamblang, kamu bilang dia basa-basi adu argument konyol lagi kayak dulu, katamu dia mulai caper lagi, dan dengan pipi merona  kamu bilang dia mungkin gagal moveon”

            “iyya, dan saat dia seperti itu lagi, Aku pun kembali ke sandiwara ku lagi, berpura-pura tidak peduli, berperilaku seakan-akan aku gak ada perasaan apa-apa sama dia, Aku terlalu pandai untuk berpura-pura, Bar. Saking pandainya aku bahkan merasa asing di kepalaku sendiri”

            “dan Raga berubah lagi?” Tanya nya dengan tatapan tajam pada Mosha

            “iyya, Dia sekarang sudah tidak peduli lagi, se-sering apapun, semanis apapun aku menyapa nya, dia tidak peduli lagi, bahkan dia sudah mengabaikanku”

            “yah, gini-gini aja terus, kalau cerita kamu ini di bikin novel, aku yakin pembacanya pasti bosan, beberapa waktu yg lalu, pas kita ketemu di café, kamu ceritanya persis kayak gini juga kan? Gak bosan apa kamu punya cerita hidup yg berputar disitu-situ aja? Aku aja bosen dengernya.” Ucap Bara sedikit tajam

            “Tapi ini beda, Bar. Mungkin Raga sudah benar-benar muak sama Aku, mungkin kemarin itu sudah terakhir kalinya Dia ingin coba memulai hubungan baik denganku, tapi aku, egoku terlalu besar untuk menyambutnya”

            “Sha, saat kamu pernah yakin kalau Raga suka sama kamu, aku percaya. Tapi, Sha sebesar apapun cinta itu kalau gak ada umpan balik yah akan mati dengan sendirinya. Ada yg lebih celaka dari menunggu seseorang yg tidak tahu jika ia sedang ditunggu, Sha. Yaitu, Dua orang yang tidak tahu kalau mereka sedang saling menunggu. Yah, seperti kamu dan Raga”

            “entahlah, Aku terlalu takut, kamu tau Bar, bahkan terkadang Aku berpikir bahwa sebenarnya Ayah dan Ibu sudah tidak saling cinta lagi, mereka terlalu mudah terlibat pertengkaran, menurutku mereka bertahan hanya karena usia pernikahan yg sudah 30 tahun terlalu sayang untuk dilepas, atau mungkin mereka tidak ingin memberi contoh yg buruk padaku ” Mosha tersenyum sinis lagi

            “Sha, kamu tau masalah kamu apa? Masalah kamu adalah kamu terlalu isecure terhadap cinta, kamu ingin memastikan hanya akan menjalin hubungan dengan satu orang dalam hidupmu, kamu takut gagal Sha, kamu takut memberi semua cintamu ke Raga dengan pengakuan krena kamu ragu akan bertahan lama jika menjalin hubungan dengan nya, apa yg membuatmu Ragu, Sha? Kesetian mu kah. Atau kesetiaan Raga?”
Mosha menarik napas panjang lagi.

            “kami punya latar belakang keluarga yg sangat berbeda, Bar. Aku tidak pernah berpikir itu akan cocok, aku bukan ragu pada kesetiaan kami, tapi aku takut pada keadaan Bar, aku takut di gagalkan keadaan”

            “kamu tahu dari mana akan seperti itu jika tidak mencobanya? Cinta itu tentang penerimaan Sha, saat kalian sudah larut dalam sebuah cinta, dengan sendirinya kalian akan berjuang untuk mengatasi perbedaan itu. Sha, bukankah tidak ada hal yg pasti di dunia ini kecuali kepastian itu sendiri? Kalau kamu tetap dengan prinsip itu lalu bgaimana caramu menemukan pasangan? Bertanya pada penulis masa depan apakah kamu dan laki-laki itu kelak akan bersama sampai kakek nenek? Jadi kamu tidak akan menjalin hubungan sbelum bertemu langsung dengan Tuhan?” Bara memberi nasehat sebisanya pada sahabat insecure nya itu.

            “Entahlah, mungkin tidak untuk kali ini, mungkin Aku dan Raga memang tidak ditakdirkan bersama, mungkin Tuhan punya rencana lain dengan cara meninggikan egoku ini”

            “ya, terserah kamu sih, tapi jika saja kamu ingin coba melangkah, mungkin setidaknya kamu tidak akan melewatkan cinta pertama mu”

            “gak usah Bar, biarkan saja berjalan seperti seharusnya. Sekarang Raga sudah mengabaikanku, dan mungkin dia tidak akan kembali lagi seperti dulu, tahu dia pernah menyukaiku pun aku sudah bahagia. Ibarat sebuah Novel, anggap saja ceritaku dengannya ini adalah halaman yang kosong. Mari kita lewatkan saja”

            “tapi jangan merobeknya, sebagai pengingat agar kamu tetap sadar bahwa ada sesuatu yg pernah kamu lewatkan sehingga tidak akan ada halaman-halaman lain yg kosong lagi”

            “hmm… iyyya.” Mosha mengulas senyum manis di wajahnya, wajah perempuan nyeleneh yg lekat dengan definisi “gak cantik sih, tapi enak aja diliatnya, gak ngebosenin” setidaknya kalimat itu pernah tercipta dari bibir Bara.

            “ooo. iyyaa kamu sendiri gimana? Nessa makin kacau kayaknya” Tanya Mosha lagi.

Mosha balik bertanya pada Bara, si pemilik cerita yg di rumitkan keadaan. Bara yang masih selalu berusaha menikmati halaman barunya bersama Adissa, perempuan yg ia pacari sesaat setelah mengakhiri hubungan dengan kekasih lamanya, Nessa. Iyya, Bara jatuh cinta pada Adissa saat masih bersama dengan Nessa, dan melalui langkah besar ia memutuskan mengakhiri hubungan dengan Nessa karena Adissa. Tentu saja keputusan itu bukan tanpa campur tangan Mosha, iyya, Mosha yg menyarankan bara mengakhiri hubungan dengan Nessa. Bukan, bukan karena Mosha jahat pada Nessa atau berpihak pada Adissa, hanya saja, Mosha tidak mau bersahabat dengan seorang tukang selingkuh, menurutnya, putus dengan Nessa dengan menanggung segala resiko bersama Adissa jauh lebih laki-laki daripada harus diam dan berselingkuh.

            “iyya, risih sebenarnya, dalam hal ini, semua orang akan setuju bahwa Nessa adalah korban ke kurang ajaran ku dengan Adissa, tapi aku juga gak bisa marah. Di sisi lain aku kasihan sama Nessa, bagaimanapun juga aku pernah cinta sama dia, meski sekarang tidak lagi”

            “hal yg wajar sebenarnya, tapi menyerang mantan dan pacar barunya di social media itu hanya akan membuat nya sangat menyedihkan, tapi yah begitulah, itu semua karena cinta yg dibalut emosi, namanya sakit hati, dan sakit hati itu lah yg membuatnya tidak sadar kalau dia sebenarnya sedang mempermalukan diri sendiri”

            “aku sih ngangep nya itu caranya melampiaskan kesedihan, kalau itu bikin dia merasa jauh lebih baik, terserah” ujar Bara bijak

            “tapi Adissa nya gimana? Risih banget pasti, judge dari orang lain yg cuma liat hasil tanpa tau prosesnya pasti akan lumayan menyakitkan.

            “dia udah ngerti sih, dia perempuan yang kuat, sebelum mengambil tindakan kan kita udah tau dari jauh-jauh hari kalau resikonya bakal kayak gini, keadaan nya akan serumit ini, yang dia takutin hanya kalau aku akhirnya nyerah dan balik ke Nessa karena kasian”

            “dan jangan bilang kalau kamu mau nyerah? Ku pecahin kepalamu, Bar” ujar Mosha dengan nada sedikit bercanda.

            “se-sengklek-sengklek nya aku juga gak bakalan kayak gitu, gak mungkin lah aku ngambil langkah sebesar itu hanya karena kasihan”

            “semoga Adissa yang terbaik yah buat kamu” doa Mosha kemudian

            “semoga, Adissa perempuan yg kuat, karena dia yg kuat bertahan itulah yang bikin aku gak punya alasan untuk nyerah, padahal ini bukan salahnya, cinta yg membuat kerumitan ini terjadi, aku tau dia sangat terbebani dengan judge orng di luar sana, atau mungkin tekanan dari sahabat-sahabatnya yg gak ngerti sama tindakan dia dan menganggapnya sebagai orang ke-tiga yg sengaja merusak hubunganku dengan Nessa, padahal semuanya berjalan secara alami,. bukankah cinta layaknya kupu-kupu? dia bisa datang kapanpun dan hinggap di hati siapapun, dan itu yg terjadi antara aku dan Adissa. aku tau Adissa merasa risih dengan keadaan yang merugikan nya ini, karena itu aku merasa harus selalu ada buat dia, nenangin dia, biar dia gak berasa berjuang sendirian”

            “kamu ngomong gitu aku berasa kayak ada di ftv tau gak, konyol banget kamu sebijak itu” goda Mosha sembari tertawa mengejek ke sahabat nyelenehnya itu.

            “rasa sayang bisa bikin lelaki yg seperti apapun berubah sikap, Sha, sayang bisa bikin lelaki pemalu jadi cerewet, bisa bikin yg bodo amat jadi perhatian, dan bisa bikin laki-laki yg gak tau cara mulai pedekate jadi melakukan hal-hal konyol untuk cari perhatian…..”

Belum juga Bara selesai ngomong, Mosha tiba-tiba memotong pembicaraan nya.

            “seperti Raga….” Ucapnya lirih

            “bagus deh kalau kamu sadar, gak semua laki-laki bisa dengan mudah pedekate sama cewek, karena mereka punya pengalaman yg berbeda, ada yang dengan gampangnya basa-basi, ada juga yang gak tau harus mulai dari mana, Karena bisa jadi itu pengalaman pertamanya, kalian cewek jangan Cuma jago ngodein, seharusnya juga bisa baca kode” ujar Bara lagi

            “ah, Bara, omongan mu nyelekit tau. Sudahlah, kita kan udah sepakat nganggep ceritaku dengan Bara sebagai halaman kosong sebuah novel, ada tapi terlewatkan, tapi jangan di robek” ucap Mosha tersenyum simpul

            “iyya, jangan di robek. Ceritaku dengan Nessa pun akan jadi halaman yg kosong, dan aku akan memulai bab baru di halaman selanjutnya bersama Adissa, kamu pun harus begitu, kurangin-kurangin deh insecurenya, cinta sejati hanya datang pada orang yg percaya, Sha. Menurutku begitu” ujar Bara tersenyum dengan menaik turunkan alis tebalnya ke arah Mosha.

            “eh udah Magrib, lanjut curhat nya sama Tuhan aja yukk, Bar. Kamu imam-in aku yak!! ” sergap Mosha seraya menuntun tangan Bara ke kamar mandi tamu untuk mengambil wudhu.

Halaman kosong yg tidak boleh di robek maksud Bara dan Mosha adalah cerita berbalut kenangan yang seharusnya tidak perlu dibaca ulang, sesuatu yang hanya boleh jadi pegingat agar tak ada lagi halaman kosong selanjutnya. Dan sebaiknya kesalahan memang jangan pernah di hilangkan, tapi cukup diberi ruang kosong sebagai pelajaran bahwa hal kelabu itu pernah ada.

Kamis, 13 Maret 2014

Angsa berpita merah jambu

Tuan, bisakah Aku meminta tolong?

Tolong...

Beritahu Aku, bagaimana caranya Aku berpaling jika yang kau tawarkan adalah cinta yang lebih putih dari bulu Angsa berpita merah jambu itu.

Beritahu Aku, bagaimana mungkin Aku acuh jika kau datang dengan tatapan yang lembut dari bulu Angsa berpita merah jambu itu.

Beritahu Aku, bagaimana Aku melupakanmu jika setiap detail tentangmu masih terekam sempurna dibenakku
Beritahu Aku, bagaimana Aku pergi jika pesonamu seakan merengek tak ingin ditinggal

Beritahu Aku, bagaimana bisa Kau mencintaiku jika Aku tak secantik angsa-angsa putih berpita merah jambu itu.

Tuan....
Kepada semua yang kau pikirkan selain tentangku, Aku cemburu.

Pada dada bidangmu Tuan, kurebahkan harap bersama lebih lama dari selamanya.

Berbahagialah disini Tuan, di sisiku menjadi tempat cinta yang lebih jernih dari danau Angsa-Angsa berpita merah jambu itu menari kujatuhkan.




Lembar Kosong

            
            “kenapa? Si Raga lagi? Kenapa lagi dia? Bikin ulah apalagi dia?” Andini mengintrogasi

            “kenapa sih setiap bahas Raga kamu selalu ketus gini Din, kamu tuh kayak gak ngerti perasaan aku”

            “karena Aku peduli sama kamu Raa, kamu itu kenapa sih? Apa bagusnya sih si Raga sampai kamu nyaris gila gini krena dia? kamu gak punya hubungan apa-apa kan sama dia selain teman BBM’an?, kamu pacarnya? Bukan kan? Gebetannya? Jangan sampai kamu doang yang nganggep gitu. Kamu  orang yg penting buat dia? Kayaknya gak deh, kamu doang yg kepedean, buka mata Raa. Sadar, kamu itu bukan siapa-siapanya dia, jadi kamu juga gak harus menderita gini karena dia, mending kalau dia pantes buat diharap-in” serang Andini dengan nada cukup jengkel.

        “sukaa? Dia suka gak sama kamu? Sadar deh Raa, selama ini status kamu buat dia itu apa? kamu Tanya dong sama dia, sebenarnya dia tuh nganggep kamu apa? Temen doang, HTS’an, atau temen bbm-an-zone? Aku gak ngerti sama hubungan kamu sama dia, hubungan yg gak punya masa depan tau gak” serang Andini dengan selongsong peluru yang begitu pahit dari bibir tipisnya.

            “Aku yakin dia punya perasaan yg lebih dari sekedar teman, kalau pun sekarang udah nggak, Aku yakin itu pernah, aku yakin dia pernah punya perasaan yg lebih buat aku, hanya saja dia belum bisa bilang, gak tau juga knapa” tangkis ku lagi dengan nada rendah

            “karena dia gak punya nyali, krena dia pecundang, dan kamu mau aja nunggu buat pecundang itu? kamu galau, sakit hati, nangis kyak gini Cuma buat dia itu bener-bener bego Raa, apasih hebatnya Dia?

            “Andini, kamu gak ngerti Din, Cuma aku yg ngerti perasaan aku sama dia”

            “Araa, sebenarnya kamu itu gak cinta sama dia, kamu Cuma ngerasa punya dia aja karena sering komunikasi sama dia, kamu berasa deket aja sama dia karena selama ini Cuma dia orng yg bisa kamu ajak chatingan ngelantur, kamu itu Cuma kebawa sama perasaan sendiri,  sebenarnya kamu itu gak cinta sama dia” ujar Andini berteori

            “salah Din, Aku cinta sama dia, setiap Aku liat dia sama cwek lain Aku ngerasa ada sesak yg berdesakan kluar dari rongga dadaku, perutku serasa ditonjok setiap liat dia sama cwek lain, yg Aku rasain ini cinta Din, bukan sperti yg kamu bilang tadii”

⌂⌂⌂
Sesekali Aku memukul-memukul jidatku sendiri, menghempaskan tubuh ketempat tidur, kemudian bangun lagi, lalu memeluk bantal dengan erat, sesekali juga kepalaku ku jedot-jedotkan kebantal itu.

Gadis berambut pendek dengan mata hitam bellow yang kutatap dicermin itu sedang mengingat-ngingat kembali percakapan seriusnya dengan Andini sahabatnya ditaman kampus tadi siang.

Sesekali kulirik laptop yg sedang dalam kondisi online tersebut, di chatOnline pada jejaring social itu, ada nama Raga, ingin sekali Aku memulai percakapan dengan basa-basi seperti biasanya, tapi saat ingin menekan keybord laptop, suara Andini yang cempreng itu seakan menyeringai ditelinga, seperti berteriak tidak membiarkan ku melakukannya.

Raga adalah seniorku dikampus, kami sering berkomunikasi dihampir semua jejaring social yg kami miliki, pembicaraan yang biasanya kami bicarakn pun tdak jarang malah ngelantur tdak jelas, tapi jika orng lain membacanya, kami seakan sepasang kekasih yg selalu berbeda pendapat. Aneh, karena sebenarnya kami tidak punya hubungan selain “Senior-junior-zone.

Awalnya Aku memang tidak punya perasaan apa-apa pada Raga, tapi seiring dengan seringnya kami berkomunikasi, Aku mulai merasa ada yg beda, Aku mulai tidak senang jika Raga mengacuhkan chat ku, membalas chat seadanya, atau terlalu lama memblas chat, dan yg pling Aku rasakan beda, sekarang Aku merasa begitu sakit jika melihat atau mngetahui Raga sedang dekat dengan perempuan lain.

Tidak terkecuali, Namira, Namira adalah teman sekelasku, perempuan yg Aku akui memang lebih cantik dariku dari segi fisik ini adalah saingan utama ku, semua tau, klo Namira juga sudah lama punya perasaan suka pada Raga, dan celakanya dibanding Aku, public memang lebih mengetahui kedekatan Raga dan Namira, dibanding hubungan dunia maya Raga dan Aku.

“Pada apa-apa yang dia pikirkan selain tentangku, Aku cemburu”

Raga dan Aku memang terbilang sangat akrab dan cenderung membingunkan, akrab sekali saat beradu pendapat didunia maya, tapi seakan tidak kenal saat bertemu didunia nyata. Semua orang yg mngetahui hubungan kami itu bingung dengan sikap dan tingkah laku kami. kami berdua seakan sedang beradu kehebatan dalam menebak perasaan masing-masing. Tidak ada yg ingin terlihat begitu berharap sehingga muncul spekulasi-spekulasi kegengsian yg semakin menjauhkan kami dari kata “jadian”.

Terkadang kejenuhan akan semua polemik itu pun sesekali menghampiriku, Aku merasa jenuh akan semua ketidak pastian ini, bukan hanya bercerita pada Andini, Aku pun sering menceritakan semua gundah itu pada Wiraa, teman sengkatanku. semua tau kalau aku memang sangat akrab dengan Wira “ si gigi keinci” Seperti itulah Wira mengenaliku.

Wira selalu ada untukku, sekedar mendengar keluh kesah teman cerewetnya ini, atau sesekali mengajakku jalan untuk sejenak tidak mengingat tentang kegalauan ini. entah kenapa Aku memang selalu merasa nyaman aja klo ada Wira, Wira seakan tempat teduh yg begitu sejuk dikala hujan deras. Hujan deras yang dicipta lelaki bernama Raga.


⌂⌂⌂
            “gak, gak boleh gini terus, Aku gak boleh stay dengan keadaan bodoh ini, kalau dia gak bisa ngomong, aku yg akan ngomong duluan” ujarku tiba-tiba saat berada didalam kelas bersama Andini.

            “hah? gila kamu, kamu itu cewek Raa, walaupun kamu yakin dia juga punya perasaan yg sama dengan kamu, yah tapi gak harus kamu dong yg ngomong duluan” sambut Andini berang, Andini seakan ingin menelanku hidup-hidup pagi itu dengan keputusan yang dianggapnya sangat konyol.

            “bener kata Riani difilm yg kita nonton kemarin, gak enaknya jdi cwek tuh kalau suka gak bisa ngomong Cuma bisa nunggu aja, tapi  aku udah gak bisa nunggu Din, sekarang aku cuma punya 2 pilihan, tetap menunggu sperti yg dikatan Riani, atau beranjak stelah mengatakn apa yg sebenarnya memang harus dikatakan, dan pilihan Aku adalah opsi yg kedua.” Jawabku mantap.

            “maksud kamu?” Tanya Andini tidak mngerti

            “Aku akan ngomong sama Raga, Aku akan katakan apa yg seharusnya dia katakan sejak dulu, Aku akan ngajarin dia, bahwa cinta itu harus dikatakan, karena cinta itu harus memiliki kecuali untuk seorang pecundang” jawabku tanpa menatap Andini.

Selesai kuliah, Aku meminta Raga untuk bertemu di Taman kampus. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Raga datang juga. Dan sekali lagi Aku harus setuju dengan nuraniku, hari ini entah kenapa Raga terlihat begitu memesona denga jumper merahnya.

            “ada apaa?” Tanya Raga seraya duduk dibangku yg berada tepat didepanku.

Itu untuk pertama kalinya kami berdua, (hanya berdua tanpa teman-temannya yg lain) bicara dengan bertatap wajah setelah selama ini hanya menjalaninya dijejaring social. Aneh bukan? Tapi itulah yg terjadi

Aku diam sejenak, sedang mngumpulkan keberanian, kemudian menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan singkat Raga.

            “aku mau ngomong”

            “apaa?”

            “kamu jadian sama Namira?” tanyaku dengan mata tajam

            “tidak” jawabnya singkat setelah terdiam untuk beberapa detik

            “kalau begitu, berhenti jadikan dia senjata untuk membuat saya sakit hati, kelakuan kamu itu sukses membuat aku merasakan perih setiap melihat kamu mengumbar kedekatan dengannya dijejaring social, kamu tau kan itu sangat menyiksa?”

“kamu” memang caraku menyebutnya, dia seniorku, tapi entah kenapa aku tidak suka memanggilnya ‘kak’.

Tidak ada jawaban dari Raga, matanya menatapku tak kalah tajam, tapi terlihat kegugupan diwajahnya, kemudian mengalihkan pandangan saat sadar air mataku nyaris membuat pipi yang sudah lama ditinggal rona sang jingga ini basah kuyup.

            “kenapa? Kenapa diam? Itukan tujuan kamu selama ini? Membuat aku cemburu dengan menggunakan namira sebagai senjata? Iyya, kamu sukses. Karena aku memang sangat sakit hati dengan kenyataan itu, kenapa harus begitu? Supaya saya akhirnya takut kehilangan kamu dan akhirnya ngomong kalau aku jatuh cinta sama kamu? Jika itu maksudnya, kamu berhasil. iyya, aku memang suka sama kamu, Kamu tau kan kalau aku suka sama kamu? Dan kamu juga tau persis kan kalau pun begitu?” serangku, sekarang dengan air mata yg gagal kusembunyikan.

            “Araa” respon Raga lirih

            “apaa? Kamu mau bilang aku salah? Iah, aku salah kalau kamu suka sama aku? Kamu mau bilang kalau slama ini hannya aku yg GR? Kalau begitu jelaskan tentang sikap kamu slama ini padaku, jelaskan tentang respon anehmu setiap aku ngebahas cwok lain di chatingan kita, jelaskn tentang smua usahamu cari tau tentangku dijejaring social, yah aku tau smuanya, dan jelaskn tentang perasaan yg selama ini kamu simpan untukku, jelaskn sekarang, katakana bila selama ini Cuma aku yang jatuh cinta sendirian!!”

            “tidak ada yg perlu saya jelaskan Raa, krena kamu sepertinya kamu jauh lebih tau dariku. iyya, aku memang suka sama kamu” jawab raga dengan nada rendah

            “lalu, kenapa selama ini kamu hanya membiarknku menebak semua perasaanmu, kenapa kamu gak pernah berani untuk bilang? khawatir? bukankah cinta tidak mengenal alasan untuk tidak diungkapkan? Atau kamu memang menungguku mengatakan semuanya duluan sperti ini?” tanyaku kecewa.

            “maaf Raa, aku memang salah, dan aku memang takut mengatakan semuanya, kamu pikir hanya kamu yg menjadi penebak selama ini? Aku juga, aku juga selalu menebak sikapmu, perasaanmu, dan aku takut tebakanku selama ini salah. Raa, ini untuk pertama kalinya aku jatuh cinta seperti ini, dan untuk pertama kalinya mencoba mengatakan cinta pada perempuan yg aku cintai, jadi maaf klo aku memang belum punya cukup keberanian untuk itu, aku tdak tau bgaimana cara memulainya, yg aku tau hanya aku mencintaimu”

Aku masih menangis, menelan ludah yg entah mengapa terasa begitu pahit, Aku menghela nafas panjang. Leherku serasa tercekik sehingga tdak bisa berkata apa-apa lagi.

            “iyya, kamu benar Raa, aku cinta sama kamu, dan ini sdah lama kurasakan, tentang Namira kamu benar, aku memang selalu berusaha membuatmu cemburu dengan menjadikannya senjataku, maaf Raa mungkin itu caraku menerjemahkan sakit hatiku ketika kamu bilang suka sama cowok lain saat chat denganku, perih yg kau rasakan aku mengerti, tapi aku berani bertaruh aku jauh lebih perih saat kau melakukakn itu”

            “iyya aku jatuh cinta sama kamu Raa, dan ini sudah lama kurasakan” lanjutnya lagi, kali ini dengan tatapan penuh arti.

            “tapi semuanya sudah terlambat, sikap kamu selama ini sukses membuat saya jatuh cinta pada orang lain, caramu membuatku cemburu dengan menjadikan Namira seolah-olah orang paling berarti buatmu, membuatku seakan ditampar kenyataan dan kemudian membuatku lupa bahwa kau hanya berpura-pura, kepura-pura-an mu justru membuatmu terasa asing dikepalaku. iyya, aku mencintaimu, tapi cinta itu hilang disapu perih yg begitu menyakitkan saat kamu melakukan hal itu, mengumbar kedekatan dengan Namira didepan public, sebuah tindakan yg sukses membuat orang-orang terseyum ibah padaku karena kalah dari Namira”

            “maksud kamu?” Tanya Raga

            “aku hanya ingin tau dan aku hanya ingin pastikan kalau kamu memang jatuh cinta padaku, dan Namira tdak lebih dari spekulasi untuk membuatku cemburu, meski hanya aku yg tau aku sudah senang, publik tdak perlu tau untuk membuat mereka sadar siapa pemenang yg sebenarnya, karena cinta itu bukan soal menang atau kalah, tapi soal nyata atau semu, dan sekarang aku sudah tau kenyataan bahwa kamu juga suka sama aku meski itu masih semu buat mreka, tapi aku sudah senang”

            “tapi maaf, aku sudah mencintai orng lain, orng lain yg bisa lebih jujur dengan perasaannya, terimaksih untuk semuanya, setelah hari ini tolong jangan pernah ingat lagi kita pernah punya cerita sperti ini, lupakan aku, seperti aku yang akan melupakanmu juga” lanjutku lagi dengan wajah yg kuusahakan terlihat tegar.

            “Araa” sambutnya dengan nada agak tinggi

            “terimakasih, mungkin laki-laki ini belum bisa membuatku tersenyum lepas seperti saat kita beradu kekonyolan dijejarig social selama ini, tapi setidaknya dia tidak pernah membuatku menangis karena keraguannya”

Aku menyentuh tangan Raga untuk pertama dan terakhir kalinya, memegang tangannya erat kemudian tersenyum,
            “lupakan aku, dan aku mohon, ini jangan pernah terjadi lagi pada perempuan lain, jangan pernah menyandung kakinya hanya untuk memegang tangannya”

Raga msih terdiam, Aku merasakan tangan Raga begitu dingin dalam dekapan tanganku, Aku kemudian melepas genggaman itu, tersenyum pada Raga

 “terimakasih sudah mencintaiku, jangan membuat seseorang menunggu lagi, bukankah menunggu untuk seseorang yang tidak tau jika Dia sedang ditunggu adalah sebodoh-bodohnya penantian?” ucapku lirih seraya beranjak dari tempat itu.

Aku meninggalkan Raga yang entah perang apa yang terjadi antara Dia dan hatinya. Biarkan cerita kita ini selayaknya lembar kosong dalam sebuah buku. Terlewatkan.