“jika Aku tak bisa, lalu
siapa yg harus disalahkan? Perasaan ku, kah?”
Pertanyaan yang terlihat
sederhana namun sebenarnya begitu rumit. Pertanyaan dari hati ketika keinginan
untuk pergi tak jua terlaksana.
Berkali-kali kucoba untuk
melarikan diri dari labirin pesonamu, berkali-kali kutolak untuk memikirkan
sedikitpun hal tentangmu, berkali-kali kusangkal rindu yg selalu merajuk untuk
disampaikan, namun berkali-kali itu juga Aku gagal.
Terakhir Aku berpura-pura
tidak mempedulikan mu lagi, berpura-pura telah menghapusmu dari kehidupanku,
berpura-pura mengacuhkanmu, tapi sekali lagi, Aku hanya sampai pada
kepura-puraan, Aku terkapar pada ruang pesakitan yg kubuat sendiri.
Untuk bisa beranjak darimu,
Aku menjadi orang yg bukan Aku. Mengerjakan hal yg sebelumnya tak pernah
kulakukan, menyukai sesuatu yg sebelumnya begitu kubenci. Kulakukan itu agar tak
ada celah lagi buatku untuk mengingatmu, agar tak ada penyebab yg mengarahkanku
pada kenangan lalu. Namun lagi itu semua gagal, Aku justru kehilangan diri
sendiri.
Aku hanya ingin pergi. Pergi
darimu, dari seseorang yang entah kusebut apa.
Berteman sunyi, Aku dilukai
kenangan yg tiba-tiba datang menohok bersama rekam-rekam tawa, cemburu, senyum
tersipu yang dulu selalu sukses kau cipta.
Entah Berapa sesak lagi
yang harus kurasakan, berapa luka lagi yang harus pelan-pelan kututupi demi
semua kepilu-an ini. Biarkan waktu dan keadaan yang akan menjelaskan semuanya
kelak.
Karena Aku tak bisa pergi, jadi
ijinkan Aku untuk tetap menunggumu selama yang Aku bisa. Meski mungkin kamu
justru sedang menunggu seseorang yg bukan Aku.