Senja memancarkan
cahaya temaram nya kewajah sendu Rissa, gadis berkerudung yang sejak 2 jam lalu
duduk sendiri di sudut Café menatap word laptop nya yang masih kosong.
Sesekali mata bulat
nya melirik smartphone nya kemudian berpindah ke word kosong nya lagi,
terkadang juga mengitarkan pandangan ke seisi Café seraya mengetuk-ngetukkan
jarinya ke meja. Seperti itu terus, entah apa yang ada di benak nya. Tapi untuk
orang yang melihat raut wajah dan sikapnya, Mahasiswa semester 7 Fakultas
Psikologi di sebuah perguruan tinggi swasta itu jelas punya masalah.
Bola mata hitam
legamnya menangkap semua rutinitas di Café itu. ada yang sedang sibuk dengan
keybord laptopnya, ada yang sibuk dengan berbagai macam merk smartphone nya,
entah apa yang di lakukannya, mungkin lagi men stalking social media
gebetannya, batin nya ketika itu. ada juga yang sedang bercanda dengan
teman-temannya, ada yang sedang sibuk memadu kasih dengan kekasihnya, yah smoga
bukan selingkuhannya, batinnya lagi.
Secangkir Moccacino
ice yang menemaninya sejak awal tadi, belum tersentuh. Rissa seperti sedang
memutar memori yang ada di kepalanya, tepatnya memori satu minggu yang lalu,
ketika kejadian itu. kejadian yang membuatnya merasa kehilangan dan menolak
kehadiran yang begitu berharga secara bersamaan. Semua karena satu sebab.
PERASAAN.
“ kamu kenal aku sejak kapan sih?
Kamu tau kan baru kali ini aku suka sekali sama seseorang, kok kamu tega sih Riss?” cecar Lenna saat menemui
Rissa di rumahnya seraya menunjukkan apa yg sudah di bacanya. gadis berparas
cantik bak model itu sesekali mengusap air matanya sendiri.
Lenna adalah sahabat Rissa sejak di
perguruan tinggi, persahabatan mereka begitu dekat melebihi sebuah
persaudaraan. Rahasia Rissa adalah rahasia Lenna juga, begitupun sebaliknya.
Lenna slalu menceritakan apa yg di alaminya pada Rissa, termasuk soal Bara.
Bara adalah teman sefakultas mereka, bara adalah satu-satunya laki-laki yang
mampu membuat Lenna jatuh cinta, dan hal itu pun di ceritakannya pada Rissa.
Sebenarnya Rissa tidak pernah
bereaksi apa-apa saat Lenna menceritakan semua ke kagumannya pada Bara, Rissa
hanya jadi pendengar yang baik, tidak memberi saran apapun, meminta Lenna
berhenti menginginkan Bara karena Bara telah jatuh cinta pada perempuan lain
misalnya, Rissa tidak pernah tega mengatakan itu, apalagi saat ia sadar, wanita
yang di cintai Bara itu adalah diri nya sendiri. Dan celakanya dia juga
memiliki perasaan yang sama dengan Lenna. Bedanya Rissa memiliki cinta yang
berbalas, tapi Lenna, selama ini Lenna hanya jatuh cinta sendirian.
Rissa
menjalani hubungan tanpa status dengan Bara, mereka dekat, dekat sekali malah,
tapi Rissa tidak ingin membuat hubungan yang sesungguhnya bgitu di inginkan nya
itu menjadi lebih serius. Alasannya sederhana. Hanya karena tidak ingin membuat
Lenna tersakiti.
Dan seperti yang
diharapkannyaa, Lenna sama sekali tidak tau soal kedekatannya dengan Bara,
Lenna masih selalu asyik bercerita panjang lebar soal sikap manis Bara padanya,
sikap-sikap Bara yang nyatanya hanya diartikan berlebihan oleh Lenna. Lenna
selalu bercerita bahwa Bara memberinya harapan palsu, padahal sebenarnya hanya
Lenna yang terlalu pede, Bara yang selalu di nilai Lenna ingin membuatnya
cemburu, padahal sebenarnya itu hanya mindset hasil ciptaan nya sendiri.
Terkadang Rissa merasa bersalah pada
sahabat baiknya itu, ingin jujur namun Dia tidak tega, ingin mengalah tapi Dia
juga tidak cukup hebat untuk itu. iba nya ingin melakukannya tapi hati nya
tidak pernah memberi ijin untuk itu.
Hingga pada saat itu. lenna
mengetahui semua kebenaran itu sendiri. Semua berawal dari ke usilan nya. Waktu
itu smartphone Rissa tertinggal di rumah Lenna, saat menyadari itu Lenna dengan
usilnya membuka chat Blackberry messenger Rissa, dan….. Dia mendapati nama Bara
disana. Ke usilannya pun berubah menjadi rasa penasaran. Di baca nya hal yg
seharusnya tidak boleh dilakukannya tanpa ijin, namun rasa penasaran nya
menampik smua kaidah itu.
Lenna membaca smua percakapan social
media itu dengan jelas, Bara yang mengatakan sama sekali tidak mencintainya,
Bara yg selama ini bersikap baik yang Dia salah artikan itu hanya demi menjaga
hubungan baik dengannya sebagai sahabat baik wanita yg di cintai nya, Bara yg
jelas-jelas mengatakan bahwa Dia mencintai Rissa, bukan dirinya.
Tanpa sadar, air mata menyusuri
wajah cantiknya, pipi yang selalu terlihat seakan bersemu merah itu kini
berubah menjadi aliran air mata yg bgitu deras. Hatinya berantakan, tidak
pernah terpikir di benaknya Rissa menyembunyikan hal seperti ini. Sebenarnya
Dia tidak ingin sepenuhnya menyalahkan Rissa, namun emosi itu tidak bisa diajak
berkompromi, ego nya tidak mampu mentolerir semua kenyataan pahit ini.
“ jawab Riss, kenapaa?” lanjutnya
dengan ekspresi yang begitu menyakitkan bagi Rissa
“Maaf Lenn, tapi ini smua tidak
seperti yang kamu pikirkan” jawab Rissa dengan raut wajah yang begitu merasa
bersalah.
“tidak sperti yang ku pikirkan?
Menurutmu stelah melihat smua ini, aku harus memikirkan apa? Berpikir bahwa ini
smua hanya candaan? Berpikir bahwa ini hanya caramu untuk membuatku dekat
dengannya? Kau memintaku untuk memikirkan smua Omong kosong itu?” cecarnya kini
dengan nada yang sedikit lebih tinggi
“Lenna maafkan aku, aku hanya tidak
ingin membuatmu tersakiti. Aku serius”
“lalu kamu pikir dengan seperti ini,
aku baik-baik saja? Aku mengetahuinya sendiri, secara kebetulan karena keusilan
ku, bukan dari kejujuranmu, tidakkah kamu berpikir itu jauh lebih sakit?”
lenna
menangis di depan sahabat yang begitu di sayangi nya itu, bahkan saat
mengetahui semua kenyataan itu, bahkan ketika kini ia sedang menyidang
sahabatnya itu, disamping kekecewaannya, disisi lain Lenna juga sangat
menyayangi Rissa. Karena itu, karena itulah sebenarnya Dia tidak bisa menahan
air matanya.
Dia tidak hanya kecewa pada Rissa
yang sudah tidak jujur padanya, tapi Dia juga kecewa pada dirinya, pada dirinya
yang dibutakan perasaan, sehingga menjadi tidak peka pada perasaan Rissa,
kecewa pada dirinya yang dengan bodohnya menyalah artikan sikap Bara selama
ini.
Sejak kejadian di rumahnya itu,
Rissa tidak pernah berkomunikasi baik lagi dengan Lenna , setelah Lenna
meninggalkan nya sendiri diantara rasa bersalah. Lenna menghindarinya, lebih
tepatnya menjauhi nya, tidak ada balasan sms, blackberry messenger, bahkan
jawaban telpon dari Lenna setelah itu. dia benar-benar meninggalkan Rissa dalam
arti yang sebenarnya.
Rissa merasa ada yang kosong dalam
dirinya, ada sesuatu yang dulu pernah dimilikinya namun sekarang tidak ada
lagi, Rissa kehilangan, kehilangan sesuatu yang begitu sangat berharga. Sahabat
Setelah kejadian itu Rissa menceritakan
semuanya pada Bara, gadis yang sebelumnya tampak selalu ceria dimata Bara. Kini
Dia menangis, ada rasa sesal, rasa bersalah yang begitu besar di mata gadis
ini, Bara bisa membacanya dengan jelas.
“Tidak ada yang salah”, kata Bara
ketika itu, “
bukan
salah mu, Salah Lenna, salah ku, salah cinta, atau salah keadaan. Semua ini
hanya kekeliruan. Ucap Bara bijaksana.
“Semua
akan baik-baik saja, setiap orang punya ego nya masing-masing, setiap orang
punya emosinya masing-masing, dan semua itu di kendalikan oleh perasaan,
perasaan yang Terkadang membuat kita melupakan semuanya, perasaan yang tidak
jarang membuat kita tidak mengerti apa yg telah kita lakukan, membuat akal
sehat kita sedikit tak berguna” lanjut Bara lagi kala itu
Rissa
mendengus, menghebuskan nafas kuat-kuat, menarik nafas panjang, kemudian
membuangnya lagi. Moccacino ice yang sama sekali sudah tidak ice itu akhirnya
tersentuh, kemudian menyeruputnya sekaligus, entah karena sudah terlalu lama
terabaikan, Moccacino itu sudah tidak berasa apa-apa lagi, hambar, setidaknya
itu yang dirasakan indra pengecap Rissa.
“Riss,
kamu disini?”
Rissa tersentak, hampir saja Ia
tersedak oleh Moccacino hambar itu. Rissa mengenal baik suara yang tidak asing
itu, suara yang sudah lama tdak didengar telinganya, suara yg ia sangat
rindukan, suara serak khas itu milik Lenna.
Rissa menoleh ke sumber suara tadi,
tepat disampingnya, berdiri seorang perempuan cantik, berambut panjang, tinggi
yang menjulang dengan kulit putih bersih, cantik sekali dengan balutan dress biru
selutut nya. Dia Lenna.
Lenna sangat cantik, jauh sekali
jika harus dibandingkan dengan Rissa, Rissa gadis berwajah tirus yang
biasa-biasa saja itu belum habis pikir kenapa seorang Bara justru lebih
memilihnya dibanding Lenna yang bak bidadari inii.
“karena hatiku yg memilihmu”
tiba-tiba sekelabat Rissa mengingat jawaban Bara saat ia menanyakan hal konyol
itu.
Ah, apa yang sedang Dia pikirkan,
dihadapannya kini ada Lenna, sosok yang sangat di rindu nya.
Lenna duduk tanpa menunggu kalimat
dari Rissa, ia tersenyum manis sekali. Sebuah ekspresi yang berbeda 180 derajat
kala terkahir mreka bertemu.
“heii kok bengong? Masih ingat aku
kan? Kamu lupaa? Ah Rissa kamu keterlaluan” candanya mencoba mencairkan suasana
seraya memanyunkan bibir tipisnya.
“Lenna, kamu…. Kamu kenapa bisa tau
aku disini?” Rissa masih canggung, ia mencoba menatap wajah sahabtnya itu
lekat-lekat, ah raut wajah yang begitu teduh. Batin Rissa saat itu
“tentu saja aku tau, kamu lupa kalau
kita bersahabat? Bukannya ini satu-satunya tempat pelarianmu ketika ada
masalah, dan …. “ bicara Lenna terhenti sejenak.
“dan ketidak hadiranku bukannya
masalah besar bagimu? Aku tau kamu disini, karena aku, aku belum melupakan
apa-apa tentangmu”
“Lenna, maafin aku, akuu tidak
bermaksud…..” belum selesai ia bicara, Lenna mendengus.
“hemmm, ayolah Riss jgan katakan itu
lagi, kamu sudah pernah mengatakannya, bisahkah sedikit kreatif? Aku hanya
butuh waktu Riss, butuh waktu untuk memahami ini smua dengan kepala dingin,
anggap saja kemarin itu hanya cara ku meluapkan ego. Aku minta maaf sudah membuatmu
serba salah” ucapnya santai seraya tersenyum
“Lenn, kamu?’
“kenapa? Aku baik? Iyyalah, itu
rahasia umum, fiuh tapi sayangnya Bara lebih menyukaimu, hahaaaa. Sudahlah
Riss, kita sudah terlalu dewasa untuk menyikapi hal sperti itu dengan ego, tapi
kamu jgan lakukan itu lagi yah? Semua hubungan itu harus dengan kejujuran,
termasuk persahabatan, hal yang menurut sisi kita baik, belum tentu baik di
sisi orang lain, seringkali kita justru melakukan hal yang sebenarnya bgitu kita
hindari, jgan bermain petak umpet dengan perasaan karena itu sensitive tidak
smua orang bisa mencerna nya dengan baik, dan aku nyaris seperti itu, untung
ada Bara, Bara menjelaskan smuanya dengan bijaksana, Dia membantuku membuka
jalan berpikirku yang sudah mulai buntu”
“Baraa?”
“iyya, kamu pikir Dia hanya diam
melihat konflik rumit ini? Dia yang menyadarkanku bahwa kamu jauh lebih
berharga darinya bagiku, stelah aku pikir, apa aku sanggup menyadari kamu dan
Dia tersakiti hanya krena egoku, bukankah jauh lebih bahagia melihat orang yg
kita sayangi sama-sama bahagia? Tapi tenang saja, aku menyanginya kini tidak
lebih dari sekedar teman, atau katakan saja tidak lebih sebagai kekasih
sahabatku”
“ini serius?” Rissa masih setengah
percaya, klau memang sperti ini, bukankah ini akhir yang bgitu bahagia. Batinnya
kemudian
“tidak, ini hanya settingan reality
show Rissa. Iyyalah serius, gila aja, aku udah susah payah ngapalin
kalimat-kalimat ini masa’ di bilang becanda” goda Lenna seraya mendengus
Rissa akhirnya
tertawa, sikap ajaib sahabat cantiknya ini benar-benar selalu penuh kejutan.
Lenna
yang bisa mengalahkan ego nya, Lenna yang begitu dewasa, Lenna yang baik. Lenna
yang selalu membuatnya merasaa nyaman. Rissa tidak ingin lagi kehilangan sahabatnya
ini, tidak lagi. Meski itu harus di hadapkan pada sebuah pilihan, Bara yg kini
resmi jadi kekasihnya atau Lenna sahabat rumit nya ini.
Lenna akan selalu yang terbaik bagi
Rissa, dan Bara, paham jelas persoalan itu. karena persahabatan itu selalu
mengerti, persahabatan itu tidak pernah ada kata “mantan” karena terlalu boodoh
untuk menukarnya hanya dengan cinta yang belum pasti.
Karena tidak ada yang
lebih mengerti dari persahaban, selain persahabatan itu sendiri.