Janturan,
Yogyakarta, 25 Maret 2016
Tuan
bagaimana ini, sepertinya semakin hari rinai rinai rinduku terhadapmu semakin
deras saja.
Tuan
bagaimana ini, sepertinya debar yang berhasil kau cipta semakin hari semakin
gemuruh saja.
Tuan
bagaimana ini, rongga dadaku menjadi begitu sesak bahkan hanya dengan
membayangkanmu tertawa lepas bersama orang yang bukan aku.
Tuan,
Sepertinya
aku menyukaimu.
Aku
tidak percaya, bagaimana mungkin Tuhan lagi-lagi membuatku jatuh sejatuh jatuhnya
pada hati yang (mungkin) salah lagi.
Aku
tidak percaya, bagaimana mungkin Tuhan begitu tega membiarkanku jatuh cinta
sendirian lagi.
Aku
tidak percaya, bagaimana mungkin Tuhan membuatku kembali ditertawakan oleh
candaanku lagi.
Tuan,
Aku
tidak tahu, tiba-tiba saja ingin kusurati kau seperti ini, aku tidak pernah
berpikir untuk mengatakannya langsung padamu, sebab disamping ego perempuanku
yang begitu tinggi, aku merasa jantungku ingin melompat keluar jika aku
berbicara denganmu. Iya, perasaanku padamu semenggebu-gebu itu.
Tuan, Sebagaimana
yang aku tahu, jika aku ingin membuatmu menetap bersamaku, setidaknya aku punya
sesuatu yang bisa membuatmu sekedar bisa menatapku dulu, celakanya aku tidak
punya apa-apa selain aku menyukaimu dengan amat sangat, aku serius.
Tuan,
menurutku kau terlalu lengkap untukku, sampai aku tidak tahu harus melengkapimu
dibagian yang mana lagi.
Tuan,
Barangkali
jika tidak terlalu sibuk, kau bersedia membantuku menjawab keraguan itu,
Barangkali
jika ini tidak merepotkan, kau bersedia memberiku petunjuk menemukan dibagian
mana aku harus melengkapimu.