Sabtu, 21 Desember 2013

Selamat Hari Ibu

Teruntuk Kau Ibu yang tak pernah bermaksud untuk ku saingi…….

Ibu, terimakasih sudah melahirkan Laki-laki se-mengagumkan lelaki yang selama ini selalu menjadi alasan setiap rona di pipiku. Ibu, terimakasih sudah mengijinkan ku menjadi perempuan ke-dua yg begitu beruntung bisa merasakan kasih yang begitu tulus dari Anak laki-laki mu.

Ibu, terimakasih sudah mendidik nya menjadi laki-laki yg begitu pandai memperlakukan perempuan dengan lembut, terimakasih sudah mengajarinya cara mencintai yang tak terhingga.

Ibu, kini aku adalah perempuan yang juga begitu menyayangi Anak laki-laki mu. Aku adalah perempuan yg ingin berbagi sudut dengan mu dalam hati nya. Berbagi tempat dalam pikiran nya, dan berbagi ruang untuk nya pulang berkeluh kesah.

Ibu, Aku tidak pernah bermaksud membuat mu merasa tersaingi dengan hadir ku, Aku tidak pernah bermaksud untuk membuat nya tidak adil dalam membagi cinta.

Percayalah Ibu, Aku sedang tidak berusaha membuat nya perlahan melupakan mu seperti yg selama ini kau khawatirkan, Aku tidak akan merebut Anak laki-laki yg sedari lahir sudah jadi milik mu.

Ibu, percayalah ! Aku akan sangat bahagia jika kau tetap menjadi yg pertama dan selalu utama dalam hidup nya. Ibu, Aku rela menjadi Perempuan ke-dua dalam hidup nya, setelah mu.

Maaf Ibu, Jika aku terlalu lancang membuat mu harus membagi waktu bersama nya, denganku. Maaf jika aku terlalu semena-mena mengalihkan beberapa perhatian nya untuk ku, Maaf jika aku terlalu tak tau diri membuat mu harus rela berbagi cinta dengan ku.

Ibu, Aku hanya ingin merasakan betapa bahagia nya di cintai dengan tulus oleh laki-laki, seperti Kau yg begitu di cintai oleh Anak laki-laki mu. Aku hanya ingin merasakan betapa lembut kecup dari laki-laki yg selama ini kau rasakan dari Anak laki-laki mu. Aku hanya ingin merasakan dekap paling nyaman yg selama ini kau rasakan dari Anak laki-laki mu, Ibu.

Teruntuk Kau, Ibu yg inginku kelak ku panggil Ibu juga.

Aku Akan mencintai anak laki-laki mu lebih lama dari selamanya, dan Aku akan menyayangi nya lebih sungguh dari sesungguh nya.

Ibu, Aku anak perempuan yg lahir dari seorang Ibu yg sama hebat nya dengan mu berjanji kelak akan menjadi Wanita yg tangguh bagi anak dari Anak, anak laki-laki mu yg kelak akan memanggilku Ibu.


Selamat hari Ibu, Ibu J

Jumat, 29 November 2013

Tuhan, Terimakasih

Tuhan, tolong jangan putus nafas ini dulu sebelum mereka yg sejak lahir ku panggil Ibu-Ayah menerima uluran gaji pertama dari Anak menyusahkan nya ini.

Tuhan, tadi aku duduk di samping mereka, menikmati senja sembari bercerita banyak hal. Senja sore itu terlihat begitu teduh, bias jingga nya mencipta rona di pipi ku. Tapi Engkau tau,  ada hal yg jauh lebih teduh dari senja ciptaan Mu itu Tuhan, iyya. Segaris senyum yg terlukis indah di wajah paruh baya Ibu-Ayah ku. Jantung ku berdesir Tuhan, ingin kulihat senyum itu sepanjang usia ku. Tuhan, tolong lindungi mereka seperti mereka melindungiku.

Wajah itu masih se-teduh saat pertama kali aku melihat nya, senyum itu masih se-tulus saat pertama kali aku melihat nya, saat itu, saat untuk pertama kali nya Engkau memberi ku ijin menghembus nafas pertama di dunia Mu. Terimakasih Tuhan, Engkau begitu baik memilihku untuk menjadi bagian dari hidup mereka berdua.

Tapi Engkau tau apa yg berbeda Tuhan? Iyya, tangan halus mereka yg dulu menggendong ku untuk pertama kali nya kini terasa tak sehalus dulu lagi, keriput itu sudah menghampiri mereka Tuhan, meski sentuhan mereka masih terasa begitu lembut, meski mereka masih berdiri tegap di depan ku, aku tau tubuh mereka tak sekuat dulu lagi, aku tau raga mereka sudah lelah, namun hati mereka masih teguh dan sekeras itu  bekerja untuk ku,

Tuhan, Ayahku sekarang sudah tidak bisa lagi menggendong ku, Ibu ku sudah tidak sekuat dulu lagi untuk berjalan, seperti ketika Dia berjalan keliling kampung mencari anak nakal nya ini bermain dan lupa untuk pulang meski semburat senja sudah memudar oleh gelap nya langit malam.

Tuhan, tadi sore aku mendapat hadiah pelukan dari Ayah, entah kenapa aku tidak ingin lepas dari pelukan paling nyaman itu, aku ingin terlelap dalam pelukan tulus itu, seperti dulu, ketikaa aku masih kecil. Untuk Ayah, Aku akan selalu mejadi anak kecil nya yg begitu menyayangi nya, anak kecil nya yg selalu merajuk manja pada nya, Anak kecil nya yg senantiasa berdoa untuk nya.

Tuhan, tadi sore aku juga mendapat hadiah kecup dari Ibu, kecup dari nya yg selalu candu buat ku, untuk Ibu, aku akan selalu menjadi anak kecil nya yg begitu menyayangi nya, untuk Ibu, aku akan selalu jadi anak kecil nya yg merengek manja pada nya, bagi Ibu aku akan selalu jadi anak kecil nya yg menangis ketika Dia tidak ada di sampingku, aku akan jadi anak kecil nya yg selalu berdoa untuk nya.

Tuhan, seringkali Aku melihat mereka bermandikan peluh, seringkali ku lihat mereka tampak begitu lelah, tapi sesering itu juga aku melihat mereka tiba-tiba tersenyum seakan tanpa ada masalah apa-apa saat melihat ku memperhatikan nya.

Tuhan, tidak jarang aku melihat mereka melamun, mata tua nya menatap tajam ke depan, entah apa yg di perhatikan nya, entah apa yg di pikiran nya. Tapi, jika bisa ku tebak, mungkin mereka sedang memikirkan ku, bagaimana aku bisa tetap sekolah, bagaimana aku tetap bisa hidup dengan layak, bagaimana aku bisa tetap menikmati seperti apa yg di nikmati anak-anak lain nya.

Tuhan, mereka adalah OrangTua yg tak pernah ku dengar mengeluh, mereka adalah orang tua yg tidak pernah menyerah demi masa depanku. Mereka tidak pernah menceritakan se-keras apa mereka berjuang untuk ku, tapi aku bisa tau saat menatap mereka sedang terlelap. Wajah senja yg begitu lelah itu jelas tergambar.

Tuhan, aku sangat suka menatap lekat-lekat wajah mereka saat terlelap, aku seperti melihat teduh nya hidup di sana, aku seperti melihat jernih nya sungai di surga pada wajah mereka, dan karena di wajah lelap itu ada alasan ku untuk tetap hidup, karena di wajah lelap itu ada alasan dari perjuangan ku selama ini.

Tuhan, aku mencintai mereka lebih dari yang mereka tau, aku percaya Engkau tau betapa aku menyanyangi mereka karena Engkau adalah yg Maha mengetahui Tuhan.

Tuhan, bisakah Engkau menjaga mereka untuk ku, tolong hadiahi mereka kesehatan dan umur yg panjang ya Tuhan. Aku menyayangi mereka.

Tuhan, jika semua nya sudah ku lakukan dengan baik, jika aku sudah bisa menggariskan senyum bangga pada wajah teduh mereka, jika Aku sudah mendengar mereka bercerita dengan bangga nya kepada semua orang mengenai diri ku. Disaat itu lah aku bersedia menerima panggilan mu Tuhan.

Maukah Engkau berjanji padaku Tuhan?

Terimakasih sudah mengatakan “Iyya” Tuhan Ku J.


Selasa, 26 November 2013

Kamu itu Senja

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg paling ku sukai

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg mampu membuat ku betah berlama-lama menatap nya

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan dengan warna yg paling menarik buat ku

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg paling teduh buat ku

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg terladang membuat ku melupakan kesedihan

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu setia ku tunggu

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu mampu membuat ku tersenyum

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg tak akan pernah kulewatkan

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu membuat wajah ku merona

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu membiaskan cahaya indah dalam hidupku

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg selalu ku rindukan

Kamu itu Senja, Ciptaan Tuhan yg sukses membuat ku jatuh CINTA.



Karena kamu adalah Senja yg merambat ke dalam hati ku, karena kamu adalah semburat Senja yang tidak akan memudar dalam ingatan ku. Karena Kamu adalah Senja bagi langit di hati ku, karena bagiku kamu adalah Senja, Sayang.

Mungkin

“eh ngelamun jorok lu yah?”  sergap Citra seraya menepuk pundak Sahabat nya yg tengah melamun sendiri di kantin kampus, kemudian duduk tepat di depan nya.

Yang di sergap hanya menoleh sebentar, melempar senyum tipis, sebuah respon yg sebenarnya kurang tepat jika di definisikan sebagai senyum.

Gadis berambut hitam legam yg siang itu tampak manis dengan kaos oblong putih dan celana jeans hitam, terlihat menikmati rekam-rekam memori yg sedang menari-nari di lamunan nya.

            “Put, ada gue loh disini. Lamunin apa sih? UTS tadi? Aduh apa banget lah itu, lupain aja kali, gue mah masa bodoh” seringai nya lagi.

Citra memanyunkan bibir tipis nya, yang di tanya sama sekali tidak merespon apa-apa.

            “Put…….. ah gue tebalikin juga ini meja” canda nya dengan nada suara agak tinggi dan wajah menekuk.

Gadis berkacamata yg sedari tadi di ganggu nya itu, menatap nya sebentar, menarik nafas panjang kemudian mengusap wajah dengan kedua telapak tangan nya.

            “tadi gue liat Alan, nganterin cewek. Kayak nya sih pacar nya, mesra gitu”

Gadis bernama Putri itu akhirnya buka suara, gadis berwajah ke arab-arab-an ini melengos, lalu menyeruput segelas Jus Alpukat yg sedari tadi menemani lamunan nya.

            “lu kenal cewek itu siapa?” Tanya Citra mulai menyidik

            “junior kita sih, gue ikut di kelas Dia ngulang Farmakologi Molekuler, klo ga salah namanya Malaa atau Nalaa, apalah itu”

            “Pas lo liat, Alan juga ngeliat lo?” selidik Citra penasaran

            “gak sih, kalaupun liat mungkin juga Dia udah lupa sama gue”

            “yah gak semudah yg lo pikir juga sih, kalian pisah tanpa kejelasan kn sebenarnya, kan belum putus, ga mungkin langsung lupa”

            “putus itu Cuma istilah perpisahan yg di ungkapkan secara lisan Cit, ada juga putus yg langsung dengan sikap, dan hubungan gue sama Alan, mungkin putus dengan cara itu”

            “dan setelah liat Dia nganterin cewek baru nya ke kmpus, lo baik-baik aja?”

            “gue gak pernah baik-baik aja setelah Dia pergi, saat gue bilang gue baik-baik saja, di saat itulah sebenarnya gue tidak sedang baik-baik saja. Gue bohong klo bilang udah gak pernah kangen sama Dia”

            “lo masih cinta sama Dia, dan mungkin lo masih berharap Dia kembali, iyyaa?” pertanyaan Citra mulai serius

            “kangen bukan berarti gue mau Dia kembali lagi dong, sedikit banyak nya Dia pernah jadi bagian dari hidup gue, kita pernah saling sayang, walaupun sekarang mungkin udah gak lagi. Kita memang sudah tidak bersama, tapi mungkin kita masih melakukan hal yang sama, berusaha saling melupakan.”

Citra mengangkat kedua alis nya, seraya menatap lekat-lekat wajah sendu sahabat nya, yg di tatap malah mengalihkan pandangan kesetiap sudut kantin, Dia tidak sedang mencari siapa-siapa, Dia hanya berusaha mencari kesibukan lain selain memikirkan hal yg sebenarnya selama ini berusaha Dia lupakan.

Putri dan laki-laki bernama Alan itu memang pernah merajut kisah bersama, berbagi cerita, berbagi tawa, berbagi sedih. Alan adalah orang yg membuat nya paham apa itu cinta, Alan adalah orang yg membuat nya merasa begitu sangat di hargai sebagai seorang wanita, Alan membuat nya tahu betapa indah nya di cintai oleh orang yang kita cintai juga. Tapi, Alan jugalah laki-laki yg membuat nya mengerti dengan apa yg di sebut sakit hati.

Mereka berpisah tanpa sebuah penjelasan, saling menjauh, saling tidak memberi kabar, atau mungkin lebih tepatnya, saling menunggu untuk diberi kabar. Menurut nya waktu bisa menjawab semua nya, tapi Dia lupa, waktu juga bisa mengubah semuanya. Dan waktu akhir nya membuat dua orang yg “mungkin” masih saling menunggu ini memutuskan untuk berusaha menemukan apa yg pernah mereka berdua rasakan kepada orang yang berbeda.

Dan Putri merasakan perbedaan nya, menurut nya tidak ada yg lebih baik dari Alan dalam hal memperlakukan perempuan. Dengan yg lain Dia bisa menyebut itu cinta tapi entah kenapa berbeda dengan Alan, dengan Alan semuanya tidak hanya sekedar cinta,tapi hal lain bernama rasa nyaman itu yg Dia belum dapat dari orang setelah Alan.

            “ya udah, lo hubungin aja duluan Put, sekali-kali kek lo menang dari gengsi lo yg lebih tinggi dari gedung teringgi di Dubai itu” sambung Citra lagi memberi saran.

            “gue gak ada rencana untuk itu, dan gue memang tidak mau bertarung dengan gengsi gue, karena gengsi adalah salah satu hal yg tidak bisa gue kalahin dalam diri gue, jadi percuma”

            “ah gengsi betapa jahat Dia membuat kangen hanya bisa menari-nari di udara” gumam Citra seraya menggeleng-gelengkan kepala.

            “gue kan udah bilang, gue kangen bukan berarti gue mau balikan. Ibarat ranting nih yah, klo udah putus biar kata lo sambungin pake lem mrek apa juga gak bakal kyak semula kan?, buat gue orang yg udah putus terus balikan lagi, mau sayang nya kayak apa juga pasti rasa nya udah beda”

            “tapi kan Dia yg udah berantakin hati lo, jadi mungkin Dia juga yg bisa menatanya kembali seperti semula, iyakan?”

            “gue gak berminat punya tata hati yg sama lagi, mungkin dengan tetap mencari orang lain setelah Dia bisa memberi nuansa baru di hati gue, mungkin orang baru stelah Dia itu bisa menata hati gue dengan penataan yg lebih rapi dan lebih berwarna”


Putri menghela nafas panjang lagi, gadis berkulit hitam manis itu kemudian tersenyum manis sekali ke arah Citra seraya menaik turunkan alis tebal nya.

Rabu, 23 Oktober 2013

Dari aku Wanita mu

teruntuk kau laki-laki ku..... 

Andai kau tahu, betapa takut nya aku
Jika alasan dari setiap debar mu bukan lagi karena ku
Andai kau tahu, betapa takut nya aku
Jika ruang di hati mu akhirnya lebih terlengkapi oleh Dia yg lain
Andai kau tahu, betapa takut nya aku
Jika perlahan-lahan terdegradasi dari zona nyaman di hati mu

Namun....

sesungguhnya, aku jauh lebih takut
Jika hangat yang ku rasa bukan lagi karena dekap mu
Sesungguhnya, aku jauh lebih takut
bila saja pemeran utama di setiap lelap ku bukan lagi nama mu
Sesungguhnya, aku jauh lebih takut
Bila saja sekelebat bayang yang senantiasa melintas dibenak ku bukan lagi rupa mu

Teruntuk kau laki-laki ku.....

Diantara desau angin, di tengah rinai hujan, di rengkuhan bias senja
selalu terselip nama mu, bayang mu, semua tentang mu
Tuan, aku merindu mu bagai jalan setapak gersang yg mendamba gerimis
Aku dan Kamu yang akhir nya melebur sempurna menjadi kita
membuat rindu ini kuhabiskan hanya untuk memikirkan mu

dua pasang mata yg sama-sama menatap langit meski berada di tempat berbeda
hanya itu yg bisa kita lakukan sebagai pertanda bahwa setidak nya kita masih berada
di kolong langit yang sama.

menatap lekat-lekat pada langit yang seakan menjadi payung kerinduan kita
selain itu, apalagi yg bisa kita lakukan saat rindu itu semakin menyesakkan Tuan?

sini, ku beritahu....

pejamkan mata dan bisikkan dari hati.
bahwa ada aku, wanita mu yang selalu setia menanti mu kembali
pejamkan mata dan bisikkan dari hati
bahwa kau, adalah laki-laki ku yang akan datang menemui ku

bukankah semakin lama kita menunggu, maka akan semakin indah pertemuan itu.

Selasa, 22 Oktober 2013

Teruntuk kau laki-laki ku

Semburat senja terbias sempurna di bola mata mu
Cahaya temaram nya menyapu rona pipi mu
Desau angin seakan membisik cemburu pada lembut nya senyum mu
Pada teduh nya wajahmu, Pada sejuk nya tatapan mu

Sekelebat bayang mu melintas merengkuhku manja
Kau, laki-laki ku yang selalu ku rindu
Bahkan ketika sedang tertidur pulas di pangkuanku
Bagiku, tidak ada hal  yang lebih menyiksa selain debar merindumu

Bila saja kamu tahu, Aku ingin bercerita
Bagaimana resah nya aku memikirkan mu
Bagaimana tersiksa nya aku merindu mu
Bagaimana inginku untuk terlelap di pelukmu

Setiap detik, menit, jam, hari tak ku lewatkan tanpa merindu mu
Ratusan bahkan ribuan kilometer jarak membuat rindu ini semakin menggebu
Kau adalah nama  yang tak pernah absen jadi penutup di setiap sujud ku
Kau yang setiap malam selalu ku ceritakan pada Tuhan ku

Tuan, aku adalah wanita mu yang  tidak akan pernah jenuh

Untuk menunggu mu kembali.

Senin, 23 September 2013

Memenangkan Ego

Senja memancarkan cahaya temaram nya kewajah sendu Rissa, gadis berkerudung yang sejak 2 jam lalu duduk sendiri di sudut Café menatap word laptop nya yang masih kosong.

Sesekali mata bulat nya melirik smartphone nya kemudian berpindah ke word kosong nya lagi, terkadang juga mengitarkan pandangan ke seisi Café seraya mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Seperti itu terus, entah apa yang ada di benak nya. Tapi untuk orang yang melihat raut wajah dan sikapnya, Mahasiswa semester 7 Fakultas Psikologi di sebuah perguruan tinggi swasta itu jelas punya masalah.

Bola mata hitam legamnya menangkap semua rutinitas di Café itu. ada yang sedang sibuk dengan keybord laptopnya, ada yang sibuk dengan berbagai macam merk smartphone nya, entah apa yang di lakukannya, mungkin lagi men stalking social media gebetannya, batin nya ketika itu. ada juga yang sedang bercanda dengan teman-temannya, ada yang sedang sibuk memadu kasih dengan kekasihnya, yah smoga bukan selingkuhannya, batinnya lagi.

Secangkir Moccacino ice yang menemaninya sejak awal tadi, belum tersentuh. Rissa seperti sedang memutar memori yang ada di kepalanya, tepatnya memori satu minggu yang lalu, ketika kejadian itu. kejadian yang membuatnya merasa kehilangan dan menolak kehadiran yang begitu berharga secara bersamaan. Semua karena satu sebab. PERASAAN.

            “ kamu kenal aku sejak kapan sih? Kamu tau kan baru kali ini aku suka sekali sama seseorang, kok kamu  tega sih Riss?” cecar Lenna saat menemui Rissa di rumahnya seraya menunjukkan apa yg sudah di bacanya. gadis berparas cantik bak model itu sesekali mengusap air matanya sendiri.

            Lenna adalah sahabat Rissa sejak di perguruan tinggi, persahabatan mereka begitu dekat melebihi sebuah persaudaraan. Rahasia Rissa adalah rahasia Lenna juga, begitupun sebaliknya. Lenna slalu menceritakan apa yg di alaminya pada Rissa, termasuk soal Bara. Bara adalah teman sefakultas mereka, bara adalah satu-satunya laki-laki yang mampu membuat Lenna jatuh cinta, dan hal itu pun di ceritakannya pada Rissa.

            Sebenarnya Rissa tidak pernah bereaksi apa-apa saat Lenna menceritakan semua ke kagumannya pada Bara, Rissa hanya jadi pendengar yang baik, tidak memberi saran apapun, meminta Lenna berhenti menginginkan Bara karena Bara telah jatuh cinta pada perempuan lain misalnya, Rissa tidak pernah tega mengatakan itu, apalagi saat ia sadar, wanita yang di cintai Bara itu adalah diri nya sendiri. Dan celakanya dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Lenna. Bedanya Rissa memiliki cinta yang berbalas, tapi Lenna, selama ini Lenna hanya jatuh cinta sendirian.

Rissa menjalani hubungan tanpa status dengan Bara, mereka dekat, dekat sekali malah, tapi Rissa tidak ingin membuat hubungan yang sesungguhnya bgitu di inginkan nya itu menjadi lebih serius. Alasannya sederhana. Hanya karena tidak ingin membuat Lenna tersakiti.

Dan seperti yang diharapkannyaa, Lenna sama sekali tidak tau soal kedekatannya dengan Bara, Lenna masih selalu asyik bercerita panjang lebar soal sikap manis Bara padanya, sikap-sikap Bara yang nyatanya hanya diartikan berlebihan oleh Lenna. Lenna selalu bercerita bahwa Bara memberinya harapan palsu, padahal sebenarnya hanya Lenna yang terlalu pede, Bara yang selalu di nilai Lenna ingin membuatnya cemburu, padahal sebenarnya itu hanya mindset hasil ciptaan nya sendiri.

            Terkadang Rissa merasa bersalah pada sahabat baiknya itu, ingin jujur namun Dia tidak tega, ingin mengalah tapi Dia juga tidak cukup hebat untuk itu. iba nya ingin melakukannya tapi hati nya tidak pernah memberi ijin untuk itu.

            Hingga pada saat itu. lenna mengetahui semua kebenaran itu sendiri. Semua berawal dari ke usilan nya. Waktu itu smartphone Rissa tertinggal di rumah Lenna, saat menyadari itu Lenna dengan usilnya membuka chat Blackberry messenger Rissa, dan….. Dia mendapati nama Bara disana. Ke usilannya pun berubah menjadi rasa penasaran. Di baca nya hal yg seharusnya tidak boleh dilakukannya tanpa ijin, namun rasa penasaran nya menampik smua kaidah itu.

            Lenna membaca smua percakapan social media itu dengan jelas, Bara yang mengatakan sama sekali tidak mencintainya, Bara yg selama ini bersikap baik yang Dia salah artikan itu hanya demi menjaga hubungan baik dengannya sebagai sahabat baik wanita yg di cintai nya, Bara yg jelas-jelas mengatakan bahwa Dia mencintai Rissa, bukan dirinya.

            Tanpa sadar, air mata menyusuri wajah cantiknya, pipi yang selalu terlihat seakan bersemu merah itu kini berubah menjadi aliran air mata yg bgitu deras. Hatinya berantakan, tidak pernah terpikir di benaknya Rissa menyembunyikan hal seperti ini. Sebenarnya Dia tidak ingin sepenuhnya menyalahkan Rissa, namun emosi itu tidak bisa diajak berkompromi, ego nya tidak mampu mentolerir semua kenyataan pahit ini.

            “ jawab Riss, kenapaa?” lanjutnya dengan ekspresi yang begitu menyakitkan bagi Rissa
            “Maaf Lenn, tapi ini smua tidak seperti yang kamu pikirkan” jawab Rissa dengan raut wajah yang begitu merasa bersalah.

            “tidak sperti yang ku pikirkan? Menurutmu stelah melihat smua ini, aku harus memikirkan apa? Berpikir bahwa ini smua hanya candaan? Berpikir bahwa ini hanya caramu untuk membuatku dekat dengannya? Kau memintaku untuk memikirkan smua Omong kosong itu?” cecarnya kini dengan nada yang sedikit lebih tinggi

            “Lenna maafkan aku, aku hanya tidak ingin membuatmu tersakiti. Aku serius”

            “lalu kamu pikir dengan seperti ini, aku baik-baik saja? Aku mengetahuinya sendiri, secara kebetulan karena keusilan ku, bukan dari kejujuranmu, tidakkah kamu berpikir itu jauh lebih sakit?”

lenna menangis di depan sahabat yang begitu di sayangi nya itu, bahkan saat mengetahui semua kenyataan itu, bahkan ketika kini ia sedang menyidang sahabatnya itu, disamping kekecewaannya, disisi lain Lenna juga sangat menyayangi Rissa. Karena itu, karena itulah sebenarnya Dia tidak bisa menahan air matanya.

            Dia tidak hanya kecewa pada Rissa yang sudah tidak jujur padanya, tapi Dia juga kecewa pada dirinya, pada dirinya yang dibutakan perasaan, sehingga menjadi tidak peka pada perasaan Rissa, kecewa pada dirinya yang dengan bodohnya menyalah artikan sikap Bara selama ini.

            Sejak kejadian di rumahnya itu, Rissa tidak pernah berkomunikasi baik lagi dengan Lenna , setelah Lenna meninggalkan nya sendiri diantara rasa bersalah. Lenna menghindarinya, lebih tepatnya menjauhi nya, tidak ada balasan sms, blackberry messenger, bahkan jawaban telpon dari Lenna setelah itu. dia benar-benar meninggalkan Rissa dalam arti yang sebenarnya.

            Rissa merasa ada yang kosong dalam dirinya, ada sesuatu yang dulu pernah dimilikinya namun sekarang tidak ada lagi, Rissa kehilangan, kehilangan sesuatu yang begitu sangat berharga. Sahabat

            Setelah kejadian itu Rissa menceritakan semuanya pada Bara, gadis yang sebelumnya tampak selalu ceria dimata Bara. Kini Dia menangis, ada rasa sesal, rasa bersalah yang begitu besar di mata gadis ini, Bara bisa membacanya dengan jelas.

            “Tidak ada yang salah”, kata Bara ketika itu, “

bukan salah mu, Salah Lenna, salah ku, salah cinta, atau salah keadaan. Semua ini hanya kekeliruan. Ucap Bara bijaksana.

“Semua akan baik-baik saja, setiap orang punya ego nya masing-masing, setiap orang punya emosinya masing-masing, dan semua itu di kendalikan oleh perasaan, perasaan yang Terkadang membuat kita melupakan semuanya, perasaan yang tidak jarang membuat kita tidak mengerti apa yg telah kita lakukan, membuat akal sehat kita sedikit tak berguna” lanjut Bara lagi kala itu

Rissa mendengus, menghebuskan nafas kuat-kuat, menarik nafas panjang, kemudian membuangnya lagi. Moccacino ice yang sama sekali sudah tidak ice itu akhirnya tersentuh, kemudian menyeruputnya sekaligus, entah karena sudah terlalu lama terabaikan, Moccacino itu sudah tidak berasa apa-apa lagi, hambar, setidaknya itu yang dirasakan indra pengecap Rissa.

“Riss, kamu disini?”

            Rissa tersentak, hampir saja Ia tersedak oleh Moccacino hambar itu. Rissa mengenal baik suara yang tidak asing itu, suara yang sudah lama tdak didengar telinganya, suara yg ia sangat rindukan, suara serak khas itu milik Lenna.

            Rissa menoleh ke sumber suara tadi, tepat disampingnya, berdiri seorang perempuan cantik, berambut panjang, tinggi yang menjulang dengan kulit putih bersih, cantik sekali dengan balutan dress biru selutut nya. Dia Lenna.

            Lenna sangat cantik, jauh sekali jika harus dibandingkan dengan Rissa, Rissa gadis berwajah tirus yang biasa-biasa saja itu belum habis pikir kenapa seorang Bara justru lebih memilihnya dibanding Lenna yang bak bidadari inii.

            “karena hatiku yg memilihmu” tiba-tiba sekelabat Rissa mengingat jawaban Bara saat ia menanyakan hal konyol itu.

            Ah, apa yang sedang Dia pikirkan, dihadapannya kini ada Lenna, sosok yang sangat di rindu nya.

            Lenna duduk tanpa menunggu kalimat dari Rissa, ia tersenyum manis sekali. Sebuah ekspresi yang berbeda 180 derajat kala terkahir mreka bertemu.

            “heii kok bengong? Masih ingat aku kan? Kamu lupaa? Ah Rissa kamu keterlaluan” candanya mencoba mencairkan suasana seraya memanyunkan bibir tipisnya.

            “Lenna, kamu…. Kamu kenapa bisa tau aku disini?” Rissa masih canggung, ia mencoba menatap wajah sahabtnya itu lekat-lekat, ah raut wajah yang begitu teduh. Batin Rissa saat itu

            “tentu saja aku tau, kamu lupa kalau kita bersahabat? Bukannya ini satu-satunya tempat pelarianmu ketika ada masalah, dan …. “ bicara Lenna terhenti sejenak.

            “dan ketidak hadiranku bukannya masalah besar bagimu? Aku tau kamu disini, karena aku, aku belum melupakan apa-apa tentangmu”

            “Lenna, maafin aku, akuu tidak bermaksud…..” belum selesai ia bicara, Lenna mendengus.

            “hemmm, ayolah Riss jgan katakan itu lagi, kamu sudah pernah mengatakannya, bisahkah sedikit kreatif? Aku hanya butuh waktu Riss, butuh waktu untuk memahami ini smua dengan kepala dingin, anggap saja kemarin itu hanya cara ku meluapkan ego. Aku minta maaf sudah membuatmu serba salah” ucapnya santai seraya tersenyum

            “Lenn, kamu?’

            “kenapa? Aku baik? Iyyalah, itu rahasia umum, fiuh tapi sayangnya Bara lebih menyukaimu, hahaaaa. Sudahlah Riss, kita sudah terlalu dewasa untuk menyikapi hal sperti itu dengan ego, tapi kamu jgan lakukan itu lagi yah? Semua hubungan itu harus dengan kejujuran, termasuk persahabatan, hal yang menurut sisi kita baik, belum tentu baik di sisi orang lain, seringkali kita justru melakukan hal yang sebenarnya bgitu kita hindari, jgan bermain petak umpet dengan perasaan karena itu sensitive tidak smua orang bisa mencerna nya dengan baik, dan aku nyaris seperti itu, untung ada Bara, Bara menjelaskan smuanya dengan bijaksana, Dia membantuku membuka jalan berpikirku yang sudah mulai buntu”

            “Baraa?”

            “iyya, kamu pikir Dia hanya diam melihat konflik rumit ini? Dia yang menyadarkanku bahwa kamu jauh lebih berharga darinya bagiku, stelah aku pikir, apa aku sanggup menyadari kamu dan Dia tersakiti hanya krena egoku, bukankah jauh lebih bahagia melihat orang yg kita sayangi sama-sama bahagia? Tapi tenang saja, aku menyanginya kini tidak lebih dari sekedar teman, atau katakan saja tidak lebih sebagai kekasih sahabatku”

            “ini serius?” Rissa masih setengah percaya, klau memang sperti ini, bukankah ini akhir yang bgitu bahagia. Batinnya kemudian

            “tidak, ini hanya settingan reality show Rissa. Iyyalah serius, gila aja, aku udah susah payah ngapalin kalimat-kalimat ini masa’ di bilang becanda” goda Lenna seraya mendengus

Rissa akhirnya tertawa, sikap ajaib sahabat cantiknya ini benar-benar selalu penuh kejutan. 

Lenna yang bisa mengalahkan ego nya, Lenna yang begitu dewasa, Lenna yang baik. Lenna yang selalu membuatnya merasaa nyaman. Rissa tidak ingin lagi kehilangan sahabatnya ini, tidak lagi. Meski itu harus di hadapkan pada sebuah pilihan, Bara yg kini resmi jadi kekasihnya atau Lenna sahabat rumit nya ini.

            Lenna akan selalu yang terbaik bagi Rissa, dan Bara, paham jelas persoalan itu. karena persahabatan itu selalu mengerti, persahabatan itu tidak pernah ada kata “mantan” karena terlalu boodoh untuk menukarnya hanya dengan cinta yang belum pasti.


Karena tidak ada yang lebih mengerti dari persahaban, selain persahabatan itu sendiri.

Minggu, 22 September 2013

Hilang

Kehilangan adalah ketika kita merasa sudah tidak memiliki apa yang dulu pernah kita miliki. Mungkin secara sederhana bisa dikatakan seperti itu.

Atau kehilangan bisa juga dikatakan saat kita merasa ada ruang yg kosong dalam diri yg mungkin dulu pernah di huni seseorang. Ada perbedaan perasaan antara yang dulu dan sekarang. Dulu yang mungkin kita bgitu menyukai seseorang kemudian kini sudah tidak lagi, itu juga disebut kehilangan. Lebih tepatnya kehilangan “rasa”.

Apa kau pernah merasakan hal seperti inii?

menyadari seseorang yang dulu begitu akrab denganmu sekarang berubah menjadi cuek dan seakan tak pernah berbagi tawa bersama. Itu juga kehilangan, dan itu bentuk kehilangan yang cukup menyesakkan. Apalagi jika Dia sangat menyenangkan.

Jika kamu tidak ingin berpikir bahwa ia memang menjauhimu, cara berpikirmu akan memvonis bahwa “bisa jadi Dia tidak melihatku” namun saat hatimu jelas menyadari bahwa itu bukan perkara Dia tidak melihatmu, tapi memang sengaja untuk tidak melihatmu, sesak itu datang tiba-tiba, menjalar, merasuki hati, pikiran dan membuatmu berpikir “ah, mungkin Dia sudah mendengar fitnah buruk tentangku” dan mungkin-mungkin yang lainnya, mungkin yang hanya membuat kita mencurigai orang lain.

Tidak ada kehilangan yang tidak menyakitkan, apalagi jika itu kehilangan perhatian. Tidak ada lagi sapaan nya saat bertemu, sekedar “say Heii” atau meledekmu tentang hal yg bgitu kau sukai seperti yg sering dilakukannya dulu. Atau bahkan bullying candaan yg dulu justru membuatmu bgitu dekat dengannya.

Saat harus menyadari bahwa jgankan untuk melakukan itu lagi, melirikmu pun skrang Dia tdak punya inisiatif lagi. Itu adalah sebuah kehilangan hati, kehilangan yg tdak bisa tergantikan.

Lebih menyesakkan lagi saat kamu tidak mengerti kenapa Dia bisa berubah seperti itu, kenapa Dia tidak seperti dulu lagi, bagian mana yang salah?, apa yang salah?, atau siapa yang salah? Seakan mengantri untuk di jawab. Jawaban yang tidak mampu kau minta darinya. Karena Dia tidak seperti dulu lagi.

Tidak ada lagi waktunya untuk sekedar menggodamu, dengan seakan ingin menyrempetmu dengan kendaraanya, menjulurkan lidahnya kearahmu, menimpuk manjamu oleh gulungan kertas, atau sekedar mengerjaimu, entah karena Dia kini terlalu sibuk, atau berpura-pura sibuk.

sebuah bentuk ke akraban yang dulu tidak terlalu kau perhatikan, bentuk perhatian yg dulu hanya kau sepelekan, yang ternyata kini menjadi moment yang bgitu kau rindukan. Moment yang kau inginkan untuk terjadi lagi.

Sesuatu yang dulu biasa saja, nyatanya kini bgitu berarti saat ia tdak ada lagi. Dan ketika kau bertanya. “apakah setiap yang hilang harus selalu dicari?” sudut kosong di hatimu dengan cepaat menjawab “iyya”. Karena sebuah keakraban yang hilang tidak pernah bisa diganti oleh keakraban yang lain.  Keakraban yang hanya Dia yang tau cara membuatmu nyaman dan menyukainya.

Keakraban yang bahkan tidak bisa di tukar dengan seseorang yang lebih istimewa darinya. Keakraban yang punya sensasinya sendiri. Sebut saja kau merindukannya.

Lalu apa yang akan kamu lakukan? Pasrah dengan keadaan? Diam dan menebak-nebak kenapa Dia seperti itu? atau mencari kehilangan itu dan memilikinya seperti sediakala? Tergantung pilihanmu.

Pilihanku. Diam dan menebak-nebak kenapa Dia seperti itu. karena aku tidak cukup berani untuk memulai dan mencarinya.  Dan karena Kamu bukan aku, jadi, jgan lakukan hal yang sama denganku. (y)

Sabtu, 21 September 2013

siang hari di Malioboro

“Dannnnn………….”

            Dania berbalik kearah seseorang yang baru saja memanggilnya, dari jarak beberapa meter berdiri seorang laki-laki. Laki-laki tersebut kemudian berlari-lari pelan menghampiri Dania yang mematung. Kini laki-laki berperawakan tinggi, berkulit sawo matang, mata yang tajam, hidung mancung, alis yang nyaris terlihat bersambung, terbingkai sempurna pada wajah tirus dengan rahang yg tercetak jelas itu berdiri tepat di depannya. Dia Randi Putra Mahesa teman satu fakultas Dania.

            Dania adalah Mahasiswa semester 7 Ilmu Hukum di salah satu Universitas Negeri terkemuka di kotanya. Gadis berambut panjang ala-ala bintang iklan shampoo itu seorang yang lebih cocok dengan definisi gadis manis, dia cantik tapi tidak cukup cantik untuk jadi bintang iklan kosmetik. Dia manis dengan kacamata nya, bukan kacamata mines sebenarnya, hanya aksesoris untuk membuatnya terlihat lebih dewasa, katanya.

            “mau kemana? ngopi yuk, gue mau ngomong kerjaan juga sama lo” kata Randi kemudian membuyarkan tatapan Dania pada setiap sudut wajah Randi yg disebutnya sangat simetris ini.

            “Ooo boleh” jawabnya singkat sembari tersenyum manis tepatnya manis sekali, setidaknya itu yg sempat di bahasakan oleh mata Randi. Dania memang tidak cocok untuk jadi bintang iklan kosmetik, wajahnya sudah sangat teduh tanpa polesan bedak atau kosmetik yg selalu melekat tebal di wajah perempuan pada umumnya. Dan Randi menyukai tipe wanita seperti Dania.

            “kerjaan apaaa?” todong Dania langsung saat mereka sudah duduk berhadapan di sebuah meja sudut kantin fakultas.

            “widih selow dong Neng, baru juga nyampe, belum juga nafas, belum juga pesan minum” jawab Randi sembari membuka jaket hitam bertuliskan “Los Blancos Real Madrid” yg diatasnya terdapat sebuah logo Club yg dipakainya tdi lalu meletakkannya di meja, Kemudian memesan 2 jus Melon pada Ibu kantin.

            “oke, nafas udah, duduk udah, pesan minum udah, jadi kita mau ngobrol apa nih?” todong Dania lagi. Gadis yg saat itu terlihat santai dengan celana jeans hitam, kaos oblong abu-abu berlengan pendek, rambut di cemplon itu memang bukan termasuk orang yg suka basa-basi.

            “jadi weekend ini majalah gue lagi mau bahas soal hiruk pikuk jalan Malioboro, gue akan memotret smua hal yg yg bisa membuat Malioboro menjadi target wisata bagi orang Jogja sendiri dan tentunya wisatawan yg akan dan mau datang ke sana.” Jelas Randi kemudian menyeruput Jus Melon yang baru saja dibawakan Ibu kantin. Randi adalah seorang fotografer tetap di sebuah Majalah ternama di Jogja. Selain tertarik di bidang hukum, Randi juga adalah seorang laki-laki yg begitu menyukai dunia memotret, baginya mengabadikan semua hal dalam sebuah frame foto memiliki kepuasaan tersendiri baginya.

            “terus kerjaan gue ngapain?” Tanya Dania lagi

            “jadi asisten gue” jawabnya singkat seraya menyunggingkan senyum yang entah kenapa seakan membuat hati Dania berdesir.

            “Asisten lo? Memang fotografer majalah punya asisten? Trus kerjaan gue ngapain? Bersih-bersihin lensa kamera lo?” Tanya nya lagi kali ini dengan pertanyaan bertrilogi

            “gaklah, gue minta lo jadi asisten bukan pembantu. Gak smua fotografer punya asisten sih, mungkin malah terdengar aneh, tapi untuk hal ini gue butuh bantuan lo, gue butuh pendapat harus motret apa, bagusnya temanya apa, gue mau ada korelasi antara foto yg satu dengan foto yg lain biar relevan, dan lo kan juga jago nulis, lo bisa ngasih tambah-tambahan narasi lah setelah foto itu gue edit, intinya klo ada lo, gue bisa nyelesain satu rubric dengan sempurna.  yah sbenarnya gue juga males sih jalan-jalan ke Malioboro sendirian, sekalipun soal pekerjaan, klo ada lo kan jadi lebih seru” jelas Randi panjang lebar, namun dari semua alasan, alasan terakhirlah yg sebenarnya paling utama bagi Randi.

 Entah kenapa akhir-akhir ini Randi selalu ingin menghabiskan waktu dengan Dania, Gadis yg mulai akrab denganya sejak acara Fakultas itu membuatnya terkadang senyum-senyum sendiri saat memikirkannya. Di mata tajam Randi, Dania adalah gadis yg berbeda dengan gadis lain, entah apa bedanya, tapi Randi merasa seperti itu, tawa lepas Dania, senyum tipisnya, cara bicaranya, karakternya, Randi suka smua apa yg dimiliki Gadis ini. Bahkan sifat moodyan nya..

            Randi tau Dania bisa berubah dari terlihat begitu Bahagia menjadi Dania yg bermuka kusut hanya karena membaca gossip jelek mengenai figure idolanya, yah semudah itu mood perempuan ini berubah, perempuan yg pelan tapi pasti membuatnya menjadi Randi yg kembali memiliki hati, karena  skrang Dia bisa merasakan perih itu saat Dania dekat dengan pria lain.

            Randi pernah menjalin hubungan serius selama 4 tahun dengan seorang perempuan, namun semuanya berakhir gelap ketika perempuan yg berbeda 180 derajat dari Dania itu memilih menikah dengan pria pilihan orang Tua nya. Sejak itu Randi memilih sendiri, menutup dirinya kurang lebih 2 tahun dari mahluk bernama wanita. Tapi, tapi saat bertemu Dania ada yang berbeda, entah kenapa Randi seakan menemukan kembali perasaan lain yg dulu pernah membuanya bgitu menyukai seseorang selama 4 tahun.

            “oke, boleh juga, kebetulan weekend nanti gue nganggur, yah nemenin Ario Bayu KW kayak lo bolehlah” jawabnya seraya menggoda Randi dengan menaik turunkan alis cantiknya. Selain senyum, alis adalah bagian lain dari Dania yang sangat Randi sukai, Alis Dania sempurna, alis yg di idam-idamkan wanita hingga rela mengganti alisnya dengan alis buatan. Tapi tidak pada Dania, alis cantik itu langsung dari Allah.

            “Ario bayu KW? Ayolah Dann, gue jauh lebih kece kali dari dia” jawab Randi melongos.

            “ gue itu Patrick Wilson tau, lebih kece malah” tambahnya lagi seraya menjulurkan lidahnya ke arah Dania.

            “oon, bikin pilihan tuh yang miripan dikit kek, dari Ario Bayu ke Patrick Wilson kolerasinya dimana toh” kelakarnya seraya membalas juluran lidah Randi.

            Randi memang lebih mirip pemeran Josh di film Insidious itu, mungkin Randi adalah Patrick Wilson saat berusia 21 tahun. Setidaknya itu tebakan Dania.

            Matahari pagi Jogjakarta menyambut mereka begitu hangat, jalan Malioboro memang tdak pernah sepi pengunjung, banyak hal menarik yang bisa kita temui di tempat ini, penjual aksesoris, deretan jajanan kota jogja, alunan music jalanan khas jawa yg begitu mendayu-dayu, ah Malioboro begitu mempesona.

            Sinar matahari pagi memantulkan cahayanya pada sudut kacamata Dania, membuat bola mata hitam legam gadis yang hobby mencemplon rambutnya itu terlihat berbinar. Disampingnya, berdiri seorang laki-laki yg mengenakan junper hitam dengan celana jeans senada seraya focus dengan kamera Canon yg sedang di operasikannya. Laki-laki yg tampak sempurna dengan sepatu converse abu-abu itu adalah Randi.

            Beberapa jam mereka berdua terlihat begitu sibuk dengan tujuan mereka ke tempat itu, sebuah kolom rubric di majalah tempa Randi bekerja.

            Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 siang, matahari sudah sangat tidak ramah lagi, Jogja yang dulu begitu nyaman bagi Dania sudah tdak ada lagi, kota ini sudah terasa menyengat saat jam-jam sperti ini, mungkin karena sudah terlalu banyak manusia di dalamnya.

            Randi mengajak Dania ke sebuah Café tidak jauh dari tempat mereka berdiri, café langganan Randi ketika berada di sekitar Malioboro. Setelah mengambil tempat paling nyaman menurut mereka. usai memesan secangkir Cappucino ice untuk Dania, dan secangkir lagi Americano untuk Randi. Mereka bercerita panjang lebar soal pekerjaan tadi, obrolan yang bgitu menyenangkan sampai tidak sadar bahwa cangkir Cappucino ice dan Americano tadi sudah tak berisi lagi.

            Dania memesan ice cream lagi, mereka masih melanjutkan obrolan itu, sampai pada akhirnya Randi mencoba mengakhiri misi utama untuk hari ini. Ia menghela nafas panjang, seperti sedang berpikir, kemudian mencoba menciptakan suara.

            “Dann, aku suka sama kamu”

Dania tersedak ice cream, entah kenapa ia merasa ice cream itu terasa hambar, ia menatap Randi tajam, mencoba mencerna baik kalimat Randi barusan.

            “aku suka sama kamu Dann. Ardania Hadi Putri, aku, Randi Putra Mahesa jatuh cinta padamu” ungkap Randi dengan tatapan tak kalah tajam.

            “Randii……” Dania bergumam lirih, ia menghela napas panjang. Menatap wajah Randi lekat-lekat. Ada keseriusan di bola mata hitam laki-laki itu, ada ke jujuran di sana.

            “Daniaa, aku bukan penulis, penyair atau seorang pujangga, aku bukan Neuruda yg bgitu hebat merangkai kata, aku juga bukan shekspere yg bgitu mahir mencipta kalimat. Aku tidak romantiss, aku tidak tau bgaimna caranya merangkai kalimat puitis untuk sekedar mengatakan aku menyukaimu, yang aku bisa katakan hanya aku jatuh cinta padamu, hanya itu.”

            Ice cream vanilla Dania yang baru 2 kali sendok itu terabaikan, mencair. Secair perasaan Dania sekarang. Laki-laki itu benar-benar menyatakannya. Selama ini ternyata Dia tidak jatuh cinta sendirian. Dania tidak menyukai laki-laki yg terlalu banyak bicara, menurutnya laki-laki yg terlalu pintar bicara juga pintar menipu. Dania suka pernyataan tanpa basa-basi Randi, Dania tidak suka pada orang yang terlalu sering basa-basi yg hanya akan berakhir seperti soto yg dianggurin 5 hari. Busukk.

            Dania kemudian tersenyum di depaan wajah tegang Randi, ah senyum itu manis sekali, batin Randi. Senyumnya, alisnya, rambut cemplon nya, Randi menyukai semua hal yg ada pada Dania. Randi benar-benar jatuh cinta.

Tapi, dia menyayangi Dania bukan krena alis, senyum, rambut cemplon atau hal lainnya. Sampai saat kata-kata yg membuat jantung Dania berdesir itu di ucapkannya, Randi tdak tau alasan mengapa ia begitu nyaman dan sangat menyayangi gadis yang tidak pernah dilihatnya berpoles makeup ini.

Rasa senang, getaran yg sulit dibahasakan, pembelaan demi pembelaan yg dilontarkan hatinya saat menyaksikan sisi menyebalkan gadis ini. Hanya itu yang di rasakan Randi. Ia tidak punya alasan jelas, seperti Dania yg tdak pernah punya alasan untuk menolaknya.

            Dan akirnya, Patrick Wilson 21 tahun itu sekarang adalah kekasih Dania, ini untuk pertama kalinya Dania menjalin hubungan lebih dari teman dengan seorang laki-laki, Dania tidak mengerti apakah Randi merasa nyaman dengan perlakuannya, Apakah Randi menyukai caranya mencintai. Seperti Dia yang bgitu nyaman dengan perlakuan sederhana Randi, dia yg bgitu menikmati cara Randi mencintainya. Randi selalu memberikan perhatian padanya tanpa ia minta, Randi selalu bisa mengertinya tanpa ia jelaskan. Dan Randi merasa begitu lengkap saat berada di samping wanitanya ini.

Bukankah cinta memang harusnya seperti ini, memberi tanpa meminta, mengerti tanpa menjelaskan dan merasa terlengkapi hanya dengan berdua. tidak dengan mencari kelengkapan lain diluar sana.

Bukankan cinta memang harus selalu jelas, tegas, pasti tanpa basa-basi? Bukankah cinta memang tidak ada keragu-raguan? cinta Karena cinta, bukan cinta karena sederet omong kosongnya.