Senin, 05 Januari 2015

Maybe, Im wrong


“siapa?”…………

Tegur Adri, yang ditegur diam saja. Perempuan yang sore itu tampak santai dengan setelan jeans hitam, sepatu converse, junper biru navy dengan jilbab senada sedang menatap lekat-lekat handphonenya, ia baru saja menerima chat massanger dari seseorang yang sedang jatuh bangun ingin ia lupakan.

“siapaa Ge?” tanya Adri mengulang.

“Wira…” jawabnya lirih tanpa mengalihkan pandangan dari chat massenger yang sudah berstatus “read” itu.

Adri tertawa sinis, diam sejenak, kemudian mendengus jengkel.

“Dia lagi kosong? Atau lagi bosan? Owh…saya tahu, dia lagi minta bantuan?, dia mau apa?”

“Dia nanya aku sibuk gak, dia mau minta aku ngerjain sesuatu buat dia”  Jawab perempuan bernama lengkap Hygeia Sabila itu menjelaskan isi chat messanger yg tiba-tiba membuat suasana hati Adri menjadi tidak baik.

“kan.. Dia mah ketaker maunya apa, hubungin kamu pas ada maunya doang, seenak dengkulnya aja nge-chat duluan minta bantuan setelah chat kamu selama ini di read doang”

Sebenarnya Adri sudah mulai eneg dengan kisah love-line tak berujung sahabatnya itu. Sebuah kisah rumit yang sudah berlangsung lama. Adri percaya bahwa segala hal yg terjadi dan akan terjadi dalam hidup ini adalah rahasia Tuhan, dan Adri sangat yakin kisah love-line Geia ini akan menjadi rahasia Tuhan yang tidak akan terpecahkan. Karena itu menurutnya satu-satunya cara untuk terbebas adalah dengan menyudahinya. Buat Adri, Ikram, laki-laki yang baru saja mengirimi Geia sebuah chat messanger hanyalah laki-laki tidak jelas yang entah maunya apa.

“mungkin, pas aku nge-chat dulu Dia lagi sibuk” Ujar Geia menduga-duga, dugaan yang sebenarnya dia sendiri tidak yakin kebenarannya.

“halah, eh itu kenapa di “read” doang? Bales cepet, bilang kamu gak bisa lagi sibuk!” perintah Adri sinis

“gak enak Dri, ini yang terakhir deh, aku janji, kalau kali ini Dia gak berani bilang suka ke aku, aku akan bener-bener lupain Dia”

Geia Berbohong, sejak menyukainya 2 tahun lalu dia belum pernah sekalipun mencoba ingin melupakan laki-laki yang ia vonis menyukainya itu, lelaki yang ia tidak tau kenapa tak pernah berani menyatakan perasaan padanya. Dikepala Geai, Ikram hanya belum bisa berterus-terang , ia tak pernah berusaha menganggap bagaimana jika sebenarnya Ikram memang tak punya perasaan apa-apa padanya”

“ngarepin Dia bilang suka sama kamu? Ahahaa.. lebih masuk akal ngarepin Korea Utara bersatu dengan Korea Selatan ketimbang ngarepin kalian bersatu” ujar Adri sedikit bercanda

“isshhh…kamu kenapa sih Dri kayaknya gak suka banget sama Ikram” ucap Geia seraya memanyunkan bibir pada sahabatnya itu.

“bukan gak suka Ge, aku Cuma kasian sama kamu, apa susahnya sih sadar dan ngakuin kalau selama ini kamu Cuma jatuh cinta sendirian” tegas Adri dengan sebuah pernyataan yang tentunya melukai perasaan Geia, dan Adri paham betul akan hal itu.

“Adriii………” Geia bergumam pelan

“Ge, denger yah!, aku ini juga laki-laki, dan setahu ku jika laki-laki benar-benar mencintai seorang perempuan Dia akan selalu menghubunginya sesibuk apapun, menanyakan kabarnya, selalu mengiyakan saat perempuannya butuh bantuan, bukan dengan mengabaikan setiap chatnya, atau hanya menghubunginya saat dia lagi butuh, Ge kamu itu Cuma pilihan saat Dia sedang bosan” kata-kata Adri semakin tajam menusuk hati Geia.

“laluu, kenapa yang dia jadiin pilihan Aku? Kenapa bukan orang lain? Kenapa setiap minta bantuan hanya ke aku? Gimana kalau sebenarnya Dia hanya terlalu malu memintaku bertemu dengan alasan kangen? Kan katamu jadi perempuan pun harus bisa sedikit peka” Geia masih bersikeras mencari alasan pembenaran.

“Ge, Peka sama Geer itu beda. Apakah menurutmu kamu tidak terlalu geer?, bagaimana jika sebenarnya kamu hanyalah satu-satunya orang yang selalu meladeni sikap se-enak dengkulnya itu?, bagaimana jika sebenarnya Cuma kamu yang selalu mengiyakan maunya, atau mungkin Dia bisa saja minta bantuan dengan perempuan lain tapi itu adalah perempuan yang dicintainya dan tidak ingin menyusahkan jadi akhirnya memamfaatkan mu? Huh?” kata-kata Adri semakin melukai perasaan Geia, Gadis berambut pendek itu mulai berkaca-kaca.

“apa Ikram setega itu” Geia menelan ludah, tenggorokannya terasa sangat pahit,.

“kita akan sangat mudah tega pada seseorang yang tidak berarti special bagi kita, bukan?”

“mungkin dia tidak seburuk itu kan” Geia masih bertahan.

“Ge, kamu berkutat dengan ketidak jelasan ini selama kurang lebih 2 tahun kan? Jatuh cinta dengan tulus pada seseorang yang menurut saya masih banyak yang jauhhhhhhhhhh lebih baik dari Dia, bertahan dengan sikap angin-anginannya, percaya bahwa Dia suka sama kamu dan masih menunggu untuk kalian akhirnya bersatu, tapi apa hasilnya? Gak ada, gitu aja terus sepanjang tahun, apa kamu tidak merasa sedang berjuang sendirian?”

“tapi aku yakin Dia suka sama aku, Dri. Mungkin Aku yang kurang agresif atau kurang menunjukkan kalau aku suka sama dia, atau mungkin Dia takut aku akan menolaknya, bisa saja seperti itu kan?, Aku hanya sedang berusaha memperjuangkan orang yang menurutku untukku, Dri”

“Geiaa, walaupun Dia pernah menyukaimu, atau katakanlah Dia masih menyukaimu, dengan begitupun Dia masih tidak pantas untuk ditunggu, laki-laki macam apa yang tega membuat orang yang dicintainya menduga-duga sendiri, Jika Dia benar menyukaimu Dia akan memberanikan diri untuk mengatakannya, tidak peduli apa hasilnya. Tapi, coba lihat, gengsi atau rasa takutnya masih lebih tinggi dari cintanya, Dia masih terlalu cinta dengan dirinya sendiri hingga Dia malu mengatakan perasaannya karena takut hasilnya tidak sesuai harapan”

“tapi bagaimana caraku melupakanya?, kamu tahu Dri, Aku tidak bisa melupakannya”

“kamu bukan tidak bisa melupakannya, tapi kamu tidak mau, jika kamu berusaha kamu akan bisa, tidak ada sesuatu yang mudah apalagi jika itu tentang perasaan Ge, terkadang tulus memang se-fatal itu”

“kamu tahu Adri? Kamu baru saja menamparku dengan kata-katamu. Ah. Aku tidak menyangka setelah 4 tahun persahabatan kita kamu akan melukaiku se-sakit ini” Geiaa melempar senyum pada Adri, kalimat yang tentunya bukan pada artian sebenarnya itu dia ucapkan dalam sebuah pandangan kosong.

“berhentilah Gee! Daripada harus membuang-buang waktumu menunggu untuk seseorang yang bahkan tidak layak untuk se-beruntung itu, lebih baik membuka hati dengan orang lain, 2 tahun sudah cukup kamu sia-siakan, mungkin selama 2 tahun menunggu Ikram tanpa sadar kamu telah melewatkan seseorang yang jauh lebih pantas untukmu”

“jadi sekarang aku harus bagaimana?” Tanya Geia dengan suasana hati sedikit lebih tenang.

Adri tersenyum, laki-laki bergaya slengekan ini berdiri dari tempat duduknya, meraih handphone yang sedari tadi ditangan Geiaa, kemudian menuliskan sesuatu untuk membalas chat messanger tadi. “Maaf Kram, aku gak bisa, kali ini kamu minta bantuan yang lain aja, aku lagi sibuk banget, ada cowok yang lagi pedekate sama aku, dia ngajakin jalan mulu, maaf yah, teman J” (send-deliverd-read-delcont).

“udah ah, balik yuk” ujarnya seraya menarik tangan Geia berdiri dari rumput taman, kemudian menuntunnya ke mobil untuk diantar pulang kerumah.

Geia hanya mengikut setelah memukul kepala Adri ketika tahu apa yang baru saja dilakukannya kepada Ikram. “Membalas chatnya lalu mendelcontnya, ah anak ini benar-benar” dalam hati Geia tertawa lalu mengamini sikap sahabatnya itu.