Sabtu, 25 Mei 2013

kaos oblong hitam


Hilang. Iya, dia hilangg. Bahkan “change display picture” nya diBBM ataupun “Retweet” nya di twitter pun sekarang sudah enyah. Kamu dimana “kaos oblong hitam”?

Sekarang, aku tau lebih sakit mana. Tau kamu sudah jadi milik orang lain atau menyadari kenyataan kamu menghilang.

Konyol rasanya merasakan kehilangan yg bgitu menyiksa pada orang yg sama sekali bukan siapa-siapa kita.  Berusaha mencarinya? Atas dasar apa? Atas dasar desakan hati cinta tak terucap? Bukankah itu sangat konyol?
Berusaha melupaknmu adalah hal paling sulit yg pernah kucoba, dan tentu saja itu tdak pernah berhasil. 

Kenangan tentangmu, setiap detail  interaksi kita “yg tdak trlalu sering” masih terekam rapi dalam memori ku. Indah sekali, sehinggaa begitu susahh untuk dilupakan.

Menaruh hati pada seseorang “yang tidak biasa-biasa saja” adalah keputusan yg begitu berani. Mengharapakan sesuatu yg lebih darinya pun itu akan hanya berakhir perih.

Tapi taukh kamu tentang perasaan? Itu adalah perintah otak yg tdak mungkin bisa dibohongi, sesuatu yang mampu menampik segala kemungkinan paling menyakitkan sekalipun.

“perih bukan melihat senyum wanita pemilik hati pujaanmu”

Kalimat yg selalu seolah berbisik padaku setiap bertemu dengan satu-satunya manusia yg membuatku berpikir kita masih berada diberanda kota yang sama. Seseorang yang entah kenapa selalu tersenyum saat berpapasan denganku. Dia. Aku tau kenapa kau memilihnya. Dan hal itu tdak pernah membuatku keberatan untuk tetap menyukaimu.  Bukankh itu memang kehebatan seorang secret admirer? 

aku percaya jatuh cinta itu hak smua orang, tapi yg aku tidak percaya aku menyukaimu sehebat ini. 

"kaos oblong hitam"

Aku tidak tau kapan lagi kita bisa bertemu, kapan lagi aku bisa tersenyum sebahagia saat berinteraksi denganmu. Tapi selama apapun pun pertemuan itu datang lagi. Aku tidak akan pernah lupa mengingatmu. “kaos oblong hitam”

Senin, 20 Mei 2013

rasa yang tak kunjung terucap


Tentang rasa yang tak kunjung terucap, tentang aku dan kamu yg tak kunjung menjadi kita, tentang hati yang hanya mampu saling berpaut diudara, dan tentang cinta yang tak kunjung terjamah.

Rasa itu seakan menari-nari diudara, tetap indah meski hanya disaksiksan oleh hati yang berdiam ditempatnya masing-masing. Seperti rel kereta api, kita sama-sama membawa cinta itu beriringan namun tak pernah saling bergandengan.

Hati kita mungkin saja selalu bertegur sapa, saling menyebut, saling mengingat, tapi hanya bisa bergerak diantara de javu yang sudah terlalu sering kita ciptakan.

Sebenarnya ………

Aku takut cinta seperti lukisan yang indah terlihat, tapi nyatanya hanya goresan ilusi. Dan aku lebih taku lagi jika cinta yang kusebut lukisan itu ternyata malah tidak lebih dari sekedar kekonyolan karikatur.

Aku tidak mengerti, bagaimana mungkin aku bisa terjebak dalam perasaan yang seakan tak bersekat ini, aku juga tidak mengerti kenapa harus sesulit ini membuat hubungan kita tidak hanya berakhir dengan rasa perih, dan yang lebih tidak kumengerti lagi bagaimana tidak mudahnya membuatmu tergugah untuk menyatakan semua sangkaan  tak bertuan yang selama ini menari-nari dipikiranku.

Padahal, seandainya kau ingin menyatakannya. Aku tidak akan bertanya kenapa kamu baru menyatakannya skrang, seandainya kau ingin menyatakannya, aku tdak akan bertanya alasan kenapa kamu baru menyatakan itu sekarang, seandainya kau ingin menyatakannya, aku tidak akan membuatmu terlalu lama untuk menunggu jawaban.

Namun ………

Entahlah. Entah bagaimana caranya membuat smua “seandainya” itu menjadi nyata. Aku sudah terlalu lelah untuk berharap. Berharap sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terjadi selama kamu masih terlalu menikmati ketidak pastian ini. Sangat menikmatinya hingga lupa untuk mengingat bahwa ada hati yang butuh dilengkapi oleh hatimu.

Tapi …..

Yang kamu perlu tau, debu yang mungkin akan menghampiri lukisan yang lama terabaikan tidak akan terjadi pada rasa ini, rasa yang akan tetap selalu berbinar melawan usang yang bisa saja menjamahnya.

Memang begitu melelahkan. Namun, tetap menantimu tidak akan membuatku jenuh, karena menyukaimu tidak pernah terasa membosankan.

Bersama harap aku tetap menunggu rasa itu akhirnya terucap, menunggu aku dan kamu yang akhirnya bisa menjadi kita, menunggu cinta yang kemudian bisa kita bagi dengan hati yang saling berdampingan.

Karena adakah hal yang lebih indah dari melihat cincin yang sama melingkar dijari orang yang kita sayang.

Karena memilihmu adalah pilihan terbaik yang pernah kulakukan.

Selasa, 14 Mei 2013

Menolak lupa


Mencintaimu adalah hal yang tidak pernah kurencanakan sebelumnya. Seperti halnya pertemuan kita. Semua terjadi begitu saja, seperti juga munculnya perasaan itu. entah sejak kapan dan entah karena apa.
Tanpa alasan? Iyya. Mungkin karena itu juga hingga aku tdak punya alasan untuk melupakanmu.

Atau mungkin aku yg menolak untuk melupakanmu. Bahkan ketika kini kamu enyah meski kita masih berada dikota yg sama, aku masih berharap kita bisa seperti dulu lagi. Menemani harap itu, aku masih setia menanti bahagianya berinteraksi denganmu, manis nya senyum yg kusebut senyum sejuta dollar milikmu itu.

Setiap detail kenangan yang pernah kita lalui masih terlukis indah dikanfas hati dan kusimpan rapi disudut hatii yang hanya kamu pemegang kuncinya.

Aku menyimpannya dengan rapi, serapi aku menyimpan perasaan ini tanpa seorang pun tau. Tak seorang pun. Kecuali Dia yg menciptakan “rasa” ini.

Kamu. Seseorang yang entah kusebut apa. Bagaimana mungkin kamu yang bahkan hampir tidak pernah kulihat lagii, bukan hanya didunia nyata, didunia yg pernah jadi milik kita dengan bantuan berbagai aplikasi smartphone pun masih selalu jadi “bunga” alam bawah sadarku. Masih jadi orang terakhir sebelum dan orng pertama setelah lelapku.

Seandainya “cerita” kita tak seindah itu (menurutku)  mungkin mudah saja untuk melupakn semuanya. Seperti yg sekarang kurasakan pada dia. Dia yg dulu menjadi wacana spekulasiku padamu.

Bahkan mungkin tau kamu tdak sendiri lagi atau bahkan tau ternyata kamu tak pernah punya perasaan seperti yang kusangkakan tdak akan berpengaruh apa-apa dengan keadaan ini.

Sebuah keadaan yang bgitu susah dijelaskan, keadaan yang begitu susah dinalar. Karena soal hati tentang perasaan bukan soal matematika yg bisa diselesaikan dengan rumus dan dengan orang manapun. Ini lain, persoalan yg hanya sipemilik perasaan itu yang mampu menyelesaikannya meski terkadang tdak tau bgaimana caranya. Persis seperti yg sedang kurasakan saat ini, tentangmu.

Tentangmu yang sengaja kutolak untuk menyelesaikannya. Iyya, aku “menolak lupa” karena kamu terlalu sulit untuk dilupakan.

Kamis, 02 Mei 2013

kolong kota (enyah)

masih dikolong kota yang sama, seharusnya  kita tidak harus sejauh ini. sekarang kamu sibuk dengan dunia mu sendiri, dunia yg mungkin tidak ada saya disitu. aku tidak tau apakah  episode kita memang sudah selesai ataukah hanya kamu yang terlalu rapat menyimpan kenangan itu. serapat yang tak ada celah untuk aku kembali.

kamu pergi jelas tanpa alasan, menjauh tanpa aku tau sebabnya. perubahan yang selalu berusaha kutebak sendirii dan sialnya aku tdak pernah berhasil untuk itu.

entahlah. maksudku entahlah kapan perasaan inii bisa selesaii. mungkin ketika cinta tak terucap dan hubungan (yg dulu) sangat tidak jelas itu ada jawabannya. aku menyebutnya (yg dulu) karena sekarang itu hanya sebatas kenangan yg saya yakin tdk akan pernah terjadi lagi. ah, tdak juga. bahkan ketika semua itu sudah ada jawabannya, tdak peduli seperih apapun kenyataannya perasaan ini tidak akan pernah berubah. TIDAK

mungkin saja perasaanmu tdak sengotot inii, bahkan mungkin perasaanmu lebih rapuh dari ranting pohon. tapi semua tentang kamu tidak pernah dan bisa jadi tidak akan pernah usang dihati inii.

aku tidak pernah lagii berani menebak semua tentangmu, meski sekarang kamu berbeda, tapi perasaan inii masih sama. masih sama dengan sejak itu.

eh kamu. maksudku sebuah rasa dihati kamu itu. apa dia tidak sesak kamu sembunyikan serapat itu? hei kamu kemana? maksudku kamu yang dulu? secepat itu kenangan yg dulu kamu hapus? semudah itu?.

kamu. seseorang yang entah kusebut apa. aku rindu. tidak bisahkh kita menulis cerita itu lagi?ah. bicara apa aku inii. menulis cerita lagi? lihat aku, bahkan untuk membaca cerita yg pernah kita tulis bersama saja, aku tdak bisa. tidak bisa krena keberadaan cerita itu pun entah dimana.

kamu tau? tentang salah satu momen bahagia mu itu. alasannya krena aku tidak suka dengan perpisahan.  menghadirinya sama halnya dengan mengucapkan selamat tinggal padamu secara tidak langsung. pikirku kamu akan pergi jauh dan kita tdak akan bertemu lagi meski masih berada dikolong langit yg sama. tapi nyatanya, berada dikolong kota yg sama pun kamu enyah.