Datang dan pergilah sesuka
hatimu, aku tidak apa-apa. Serius
Tertawalah bersama mereka,
bahagialah bersama mereka, lalu jika sedang sendiri, jika kau sedang bosan,
jika kau butuh seseorang untuk berkeluh kesah, hubungi saja aku.
Bukankah memang selalu begitu?
Kau tahu kan, selalu ada “iya”
pada setiap pintamu, selalu ada senyum tulus disetiap akhir kalimatmu.
Yang kau tidak tahu, aku
memutuskan untuk berhenti berusaha melupakanmu.
Awalnya memasak dan melupakanmu
adalah dua hal yg sedang susah payah untuk kulakukan, tapi setelah aku sadar
berusaha melupakanmu hanyalah buang-buang waktu, aku memutuskan untuk belajar
memasak saja.
Selepas kau pergi, hatiku yang
semula semeriah kembang api, berakhir sesunyi dini hari.
Selepas kau pergi kepalaku seolah
jalanan ibu kota, selalu ramai oleh “kamu”. Tak hanya sekelebat, kau selalu
berlalu-lalang tanpa jeda.
Lalu bagaimana aku dikepalamu? Aku
tahu, aku hanya pilihan pada saat kau sedang bosan, aku tahu aku bukan
prioritas utama bagimu, aku tahu aku hanya sekelebat dibenakmu. Aku tahu.
Meski begitu, datanglah jika kau
sempat, datanglah jika kau tidak sedang sibuk-sibuknya. Aku selalu “punya waktu”
untuk mu.
Untuk seseorang yang di hatinya
bahkan tidak pernah ada celah untukku.
Aku yang tidak bisa melupakanmu
biarlah itu menjadi urusanku, tetaplah menjadi “kamu” yang memang tidak punya
perasaan apa-apa padaku.
Aku yang jatuh cinta sendirian,
itu adalah keputusanku. Kau, tetaplah menjadi “kamu” yang datang jika kau
sedang ada perlu saja.
Biarlah tetap seperti itu, tidak
apa-apa, aku baik-baik saja.
Aku serius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar