Kamis, 03 September 2015

Aku tidak apa-apa.

Datang dan pergilah sesuka hatimu, aku tidak apa-apa. Serius

Tertawalah bersama mereka, bahagialah bersama mereka, lalu jika sedang sendiri, jika kau sedang bosan, jika kau butuh seseorang untuk berkeluh kesah, hubungi saja aku.

Bukankah memang selalu begitu?

Kau tahu kan, selalu ada “iya” pada setiap pintamu, selalu ada senyum tulus disetiap akhir kalimatmu.

Yang kau tidak tahu, aku memutuskan untuk berhenti berusaha melupakanmu.

Awalnya memasak dan melupakanmu adalah dua hal yg sedang susah payah untuk kulakukan, tapi setelah aku sadar berusaha melupakanmu hanyalah buang-buang waktu, aku memutuskan untuk belajar memasak saja.

Selepas kau pergi, hatiku yang semula semeriah kembang api, berakhir sesunyi dini hari.

Selepas kau pergi kepalaku seolah jalanan ibu kota, selalu ramai oleh “kamu”. Tak hanya sekelebat, kau selalu berlalu-lalang tanpa jeda.

Lalu bagaimana aku dikepalamu? Aku tahu, aku hanya pilihan pada saat kau sedang bosan, aku tahu aku bukan prioritas utama bagimu, aku tahu aku hanya sekelebat dibenakmu. Aku tahu.

Meski begitu, datanglah jika kau sempat, datanglah jika kau tidak sedang sibuk-sibuknya. Aku selalu “punya waktu” untuk mu.

Untuk seseorang yang di hatinya bahkan tidak pernah ada celah untukku.

Aku yang tidak bisa melupakanmu biarlah itu menjadi urusanku, tetaplah menjadi “kamu” yang memang tidak punya perasaan apa-apa padaku.

Aku yang jatuh cinta sendirian, itu adalah keputusanku. Kau, tetaplah menjadi “kamu” yang datang jika kau sedang ada perlu saja.

Biarlah tetap seperti itu, tidak apa-apa, aku baik-baik saja.

Aku serius.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar